2 Maret 2021
•••
"Milo! Anak Papah yang ganteng mirip Papah waktu muda tapi masih gantengan Papah ke mana-mana! Kamu baru pulang jam segini? Barengan Papah, dong?" kata seorang pria berjas yang baru keluar mobil melihat Milo yang berdiri di ambang pintu rumah yang tertutup. Pria itu menghampiri Milo dengan wajah semringah.
Milo diam tak menjawab.
"Kamu udah izin sama Mamah pulang jam segini, kan? Jangan bilang kamu belum makanya takut masuk?" tanya sang ayah, menoel pipi putranya yang terlihat aneh. Menganga dan mematung. "Milo, hei! Kenapa kamu? Apa kamu diomelin Mamah pulang lama jadi begini, ya? Kamu main game?"
Masih tak ada reaksi.
"Heh! Milo! Kamu kenapa heh! Jangan nakutin Papah, dong!" Sang ayah mulai menggoyangkan badan putranya dengan terheran. "Milo, hei!" Ia mengayunkan tangan ke depan wajah Milo.
Bahkan Milo tak berkedip.
"Ya Tuhan, Milo!" teriak pria dewasa itu melihat wajah penuh teror, serta pucat pasi bak baru melihat hantu di wajah putranya. "Mentari! Mentari!" Kini ia memanggil seseorang di dalam.
Dan tak lama, dengan panik seorang wanita dewasa membukakan pintu. "Lho, kenapa, Brendon? Kenapa kamu teri--Ya Tuhan, kamu apain anak kita?!" teriak Mentari melihat Milo bak zombie, ternganga bahkan sampai mengeluarkan air liur yang deras.
"Lho, harusnya aku nanya kamu yang apain anak kita ini?!" Brendon balik menyalahkan. "Kenapa dia diem kek patung gini, kamu marahin?!"
"Aku gak tahu sama sekali! Dia bilang dia kerja kelompok sama temennya, dia baru pulang ini lho aku mana tahu apa-apa!" Ibunya memegang bahu Milo khawatir, menggoyang-goyangkan bahu putranya. "Milo, Sayang, kamu kenapa, ya Tuhan ... sadar ... Milo! Bantu aku masukin dia ke dalem!"
"Ah, keknya aku tau kenapa dia begini!" Brendon yang tadi malah sibuk berpikir menatap istrinya yang khawatir. "Otak Milo kan keras, dipake belajar kelompok ... mulai ngencer jadi reaksinya ke seluruh tubuh!"
"Ngaco kamu! Udah selesai ngomongnya! Ini anak kita kenapa-kenapa lho kamu enggak khawatir! Bantu aku bawa dia ke dalem!"
"Ah, iya iya!" Segera, orang tua Milo membantu Milo yang mematung berjalan menuju kamar, setelahnya membaringkan cowok malang itu.
"Ya Tuhan, Milo, kamu kenapa?" Mentari sang ibu terisak seraya mengusap kening Milo. "Milo ... Brendy, panggil dokter!"
"Ck, iya iya." Brendon pun mengeluarkan ponsel dari sakunya, mulai menelepon pihak rumah sakit seraya mondar-mandir ketika ia lihat celana putranya. "Heh?"
Dan setelah itu, si pria tanpa pikir menurunkan resleting pemuda itu, saat itulah bagaikan sudah diberi napas buatan Milo menarik-embus udara dengan cepat di mulutnya. Layaknya udara bisa masuk lagi ke paru-parunya setelah tadi tak bisa apa-apa, si pemuda pun kini bergerak.
"Milo!" Ibunya menangis haru memeluk leher sang putra. "Kamu kenapa tadi, Mamah khawatir banget sama kamu ... huhuhu Milo ...." Sedang sang ayah hanya terheran seraya menatap celana putranya, dimatikannya panggilan yang sudah tersambung itu.
Milo terlihat lega, meski masih pucat.
Sampai, ayahnya menodongnya. "Ini kamu kenapa?" Ibu dan anak itu menatap sang ayah yang menunjuk tepat ke celana Milo, Milo meneguk saliva. "Jangan bilang, bukannya kerja kelompok, kamu malah nonton film gak senonoh!"
Milo menggeleng, sedang Mentari membingung. "Lho, maksud kamu apa?"
"Celana dia tadi sesak, pas aku buka baru bisa napas dia, dia matung karena sesak kan?" Mentari masih bingung apa yang dikatakan suaminya, dan Milo masih saja geleng-geleng. "Ngaku kamu!"
"Eng-enggak, Pah! A-aku kerja kelompok, serius!"
"Jujur atau Papah cabut hak bermain game kamu!" ancam ayahnya, Milo menenggak saliva.
"Kamu ini ngomongnya gak nyambung! Maksud kamu apa, sih?!" Mentari membela putranya seraya memeluk erat Milo.
"Diam, Mentari! Jangan ikut campur! Ini masalah antar lelaki, dia gak kenapa-kenapa." Wanita dewasa itu semakin heran. "Milo!"
Milo seketika terisak. "Se-sebenernya, Pah ...."
Milo pun menceritakan kronologi mengapa ia seperti tadi ....
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]
Storie d'amore18+ Milo, cowok 18 tahun yang memasuki masa puber, jatuh cinta pada pandangan pertama melihat ibu dari teman sekelasnya. Namun, cowok itu sadar ia tak boleh merasakannya karena 1) dia harus fokus ke ujian yang akan ia hadapi, 2) ia tak ingin cinta d...