20 Maret 2021
•••
"Milo, kamu mau pisang kamu Tante kupasin?"
Jantung Milo tiba-tiba seakan berhenti berdetak, dengan horor ia menatap bagian celananya kemudian ke arah Rivera yang mengambil pisang di bingkisan samping Milo.
Kedua pipi Milo memerah karena berpikir yang tidak-tidak. Pemuda dalam diri Milo menampar dirinya sendiri keras-keras agar sadar dan lebih menguatkan diri. Bisa-bisanya ....
"Eng-enggak usah, Tante. A-aku bisa bakar sendiri," kata Milo.
Rivera tertawa. "Lho, kok dibakar pisangnya? Kamu mau pisang goreng?" Milo menggeleng, ia memegang mulutnya yang pintar sekali typo.
"Maksudku ... kupas sendiri, Tante." Milo bersyukur ia bisa mengendalikan diri, huh ... demi nilai dan masa depan.
"Tante aja yang kupasin, ya? Sekalian dipotong-potong pisang kamu. Biar gampang makannya."
Milo meneguk saliva, meski bukan pisang itu yang tertuju tetapi ia ... Milo segera menggeleng keras.
"Oh, enggak mau, ya? Ya udah, deh." Rivera tersenyum hangat, meletakkan pisang ke samping Milo, Milo agak merasa tak sopan tetapi ia bisa menghela napas lega. "Jawab soalnya, ya. Kalian belajar yang bener. Sebentar lagi kuenya matang."
Raffael hanya bergumam menanggapi sementara Milo mengangguk. Ibu Raffael pun beranjak keluar meninggalkan mereka berdua di sini.
Milo bisa rasakan ... kini ia tak separah itu. Milo hanya membenarkan posisi duduknya, melanjutkan meditasi sekaligus mengerjakan soal yang diberikan. Ia tersenyum kecil, tekadnya ternyata cukup kuat.
Masa puber memang mengerikan.
Milo pun sudah agak paham dengan beberapa soal yang tertera karena Raffael membantunya kemarin, ia bisa mengerjakan setidaknya seperempat, dan setengah, hal ini karena ia tak teliti dan kadang keliru, namun sejauh ini cukup baik. Ada beberapa hal yang belum ia pahami, jadi sesuai ungkapan Rivera, sisanya jawab asal-asalan saja.
Akan tetapi, sekarang ia sudah tak akan asal-asalan.
Ini soal ke delapan yang Milo kerjakan, sementara Raffael sudah entah berapa puluh. Persentase soal yang dikerjakan Milo cukup baik untuk soal sebelumnya, dan Milo punya keyakinan ia bisa untuk satu ini.
"Kuenya udah mateng! Masih anget!" kata Rivera datang bersama nampan berisi kue-kue kering dan susu cokelat di sana. Ia meletakkan di hadapan dua anak itu. "Gimana? Sudah?"
Keduanya bersamaan mengumpulkan kertas pada Rivera, Rivera mengambilnya dan memandangi selama beberapa saat kertas itu.
"Wah ...." Matanya berbinar bahagia. "Bagus, kalian berdua, seratus!"
Raffael terlihat biasa saja, tetapi untuk Milo yang kali pertama mendapatkan nilai sempurna, terlihat sangat bahagia. Dan ia semakin bahagia, ketika Rivera menepuk-nepuk puncak kepalanya dengan lembut.
Milo jadi cenat-cenut.
"Kita istirahat dulu, makan kuenya, Sayang-sayangku!"
Dan di dada Milo, ada perasaan tak rela ketika tangan itu berhenti menepuk lembut kepalanya.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]
Dragoste18+ Milo, cowok 18 tahun yang memasuki masa puber, jatuh cinta pada pandangan pertama melihat ibu dari teman sekelasnya. Namun, cowok itu sadar ia tak boleh merasakannya karena 1) dia harus fokus ke ujian yang akan ia hadapi, 2) ia tak ingin cinta d...