Chapter 7

6.9K 254 6
                                    

5 Maret 2021

Milo tampak tidur dengan gelisah, pindah kiri pindah kanan, belok kiri belok kanan, putar sana-sini. Namun pemuda itu seakan tak menemukan posisi nyaman untuk dirinya tidur, seakan seluruh badannya enggan tertidur tetapi matanya tetap berpejam erat.

Karena di alam mimpi ia tengah ....

"Nggh ... Ta-Tante ja-jangan ...."

Milo tampak guling-guling ke sana kemari, hingga akhirnya terjatuh ke lantai. Bunyi gedebuk keras mengagetkan orang tuanya yang tengah bermesraan di ruang keluarga.

"Lho? Itu dari kamar Milo?" tanya Mentari, menatap suaminya yang asyik mengemil makanan seraya menonton televisi lagi. "Aku cek sebentar."

"Udah gak usah! Dia gak kenapa-kenapa!" Brendon menghalangi istrinya.

"Kali aja kan maling atau--"

"Bukan, percaya deh! Paling Milo cuman nendang sana sini!" Ia meyakinkan. "Haha, liat, lucu banget tuh!"

Mentari menatap ke televisi, adegan lucu pun membuat keduanya tak mempedulikan anaknya yang kini berusaha bangkit dari remuknya badan karena menghantam lantai.

"Aduh ...." Milo mengangkat tubuhnya susah payah, seluruh badannya berkeringat dingin dan yang paling basah ... Milo langsung berdiri dan buru-buru ke kamar mandi.

Rasanya malam itu Milo dilanda stres berat, hingga paginya ia terbangun dengan mata yang masih memerah, tanda rasa kantuknya masih kentara tetapi dipaksa bangun. Morning wood yang terjadi padanya pun tak biasa, lebih lama dari sebelumnya ....

"Milo, kamu enggak ke sekolah?" Sang ibu mengetuk pintu, Milo menoleh susah payah kala pintunya terbuka. "Astaga, Milo, kamu kenapa, Sayang?"

Milo berusaha bangkit susah payah, wajahnya sangat lelah. "Aku gak papa, kok, Mah." Milo menguap. "Cuman ... kurang tidur ... malem tadi gak enak banget tidur, ampe jatoh."

"Astaga, malem tadi gedebuk itu kamu jatoh ternyata?" Ibunya segera menghampiri dengan wajah khawatir. "Kamu gak kenapa-kenapa, Sayang?"

Milo menatap malas. Tahu anaknya jatuh kenapa tak langsung datang? Tapi baguslah daripada mereka melihat keadaan nista malam itu. Milo tak nyaman mengingatnya.

"Gegara anu kamu masih sakit, ya?" Milo mendesis miris.

Ugh ... bisa jadi.

Hanya saja Milo tak ingin diingatkan soal itu, bisa-bisa dosis darah ke bawah sana jauh lebih tinggi.

"Udah, Mah, Milo gak papa. Cuman ngantuk aja. OTW aku sekolah, kok, Mamah duluan aja."

"Pasti main game ampe tengah malem, tuh!" Sang ayah yang berdiri di ambang pintu tertawa remeh. "EfEf!"

"Brendon!" Mentari membela Milo, Brendon mengejek seraya beranjak pergi. "Kamu gak main game ampe malem kan, Sayang? Jujur sama Mamah!"

Milo menggeleng. "Enggak, Mah. Cuman susah tidur aja."

"Duh ... keknya kita kudu cek ke dokter, takutnya anu kamu kena masalah, Sayang."

Wajah Milo menggeli. "Gak, Mah, aku gak papa serius! Udah aku mandi pasti seger lagi!" Buru-buru Milo masuk ke kamar mandi, yakali ibunya membawanya ke sana.

Bisa-bisa ... hrrrh ... Milo bergedik ngeri. Satu-satunya masalahnya hanyalah ia tak bisa membuang pikirannya tentang ibu temannya, bahkan malam tadi ....

"ARGH! MILO! STRES!" Milo berteriak kencang, mengagetkan Mentari di luar.

"Milo, kamu gak papa, Sayang?!" Ibunya menggedor pintu kamar mandi.

"Duh ... lupa!" Milo, cowok 18 tahun yang malang itu benar-benar frustrasi.

"Gak papa, Mah. Mau teriak aja biar masalah lepas."

"Mm ... ya udah, kalau ada apa-apa, atau mau Mamah mandiin, panggil aja, ya."

Astaga ... Mamah jenis apa Mamahnya ini ....

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang