Milo mengikuti mobil itu yang akhirnya sampai ke rumah Raffael, dan saat kedua insan itu keluar dari mobil barulah Rivera sadar.
"Astaga, Tante lupa kalau ada Milo." Milo hanya tersenyum kecut. "Ayo masuk, Sayang. Ayo!"
"Iya, Tante. Hehe." Milo mengekori dua ibu dan anak itu yang masih bermesraan penuh kasih sayang, tampaknya ia memberikan pengaruh berkali-kali lipat pada mereka.
Milo merasa jalan di depannya mulus.
Sangat mulus.
Seperti biasa, mereka akan menyiapkan diri untuk belajar bersama, Rivera tampak memberikan beberapa soal baru pada mereka sebelum akhirnya beranjak pergi ke dapur, memasakkan makanan.
"Nah, keliatannya lo bahagia banget." Milo menatap Raffael yang sedari tadi terus tersenyum, menggerakan kedua alisnya naik turun.
Raffael lalu menghilangkan senyumnya, menatap tajam Milo yang seketika menciut.
"Aku jadi ragu menceritakan apa-apa lagi padamu, kamu menyebalkan."
Milo mendengkus. "Heh, gue kepaksa, daripada kalian salah paham terus-terusan kan? Selain Mommy lo yang jujur, lo sendiri juga kudu jujur dong! Masa berat sebelah? Maunya sendiri? Gak adil dong!"
Raffael menghela napas. "Ya ya ya, kamu bener. Tapi tetap aku kesal padamu."
"Jangan gitu, dong." Milo merengutkan bibir. "Sabtu besok kan libur, nah kita ke kafe bareng, mau? Gue traktir deh, santai!"
Raffael mengangguk-angguk. "Kamu pandai melakukan deal, Tuan. Oke oke." Milo hanya tertawa. "Aku juga mau ke tempatmu, aku tidak pernah ke sana."
"Wah, tentu aja, ajak juga nyokap lo gue gak masalah! Minggu kita semua libur kan?" Milo cengengesan. "Entar Mamah gue masakin, dia masakannya enak banget lho!"
"Aku tak akan meragukan itu, kamu dan ayahmu kelihatan bahagia." Raffael tersenyum hangat.
"Bener banget." Dan kemudian, Milo ingat, Raffael suka pada ayahnya. "Gue sama Papah itu lengket sama Mamah, gak bisa tanpa Mamah, ibaratnya kalau tai cicak, gak ada putihnya kadang disangka tai tikus."
"Hah?" Raffael mengerutkan kening. "Kamu sepertinya sama tidak jelasnya seperti ayahmu." Raffael tertawa.
"Duh, gak gak gak." Walau dalam hati, Milo akui itu, demi mengambil hati Raffael. "Satu-satunya hal yang menurun ke gue itu, kegantengannya, dan double karena Mamah gue cantik. Yo!"
"Kamu narsistik." Raffael tertawa lagi.
"Oh, sama skill main game-nya, menurun ke gue. Cuman bedanya ... gue bakalan jadi juara nanti di banyak turnamen. Hehe. Gue gamer profesional."
"Ah, begitu." Raffael manggut-manggut. "Kamu sangat suka game, huh?"
"Sangat. Gue juga punya perlengkapan nge-game lengkap. VR, PS, banyak!" Raffael berwow. Milo mendekati telinganya. "Mau main bareng nanti?"
"A-aku mau ...."
"Nah, makanannya siap!" Rivera datang bersama nampan berisi makanan, aroma wangi dari kue pie itu terasa menggoda.
"Whoa ...." Dua anak muda itu menatap tak sabar makanan tersebut.
Rivera meletakkan itu di hadapan mereka. "Gimana, sudah sele--eh kok gak ada di antara kalian yang jawab? Susah ya soalnya?"
"Eh, maaf, Mom. Milo sedari tadi ngajak aku bergosip," tuduh Raffael tiba-tiba.
"Eh, kok gue? Salah lo yang nyaut deh! Tante, kami berdua yang salah jadinya, kan?"
"Hadeh anak-anak ini." Rivera tertawa. "Ya udah, makan dulu aja." Ia mulai memotong pie, membaginya ke piring dan menyerahkan masing-masing ke Raffael dan Milo.
Dan siapa sangka, bukannya memakannya, Raffael malah melemparkan pie ke wajah Milo. Membuat warna kemerahan menempel di wajahnya sedemikian rupa.
"Astaga, Raffael!" pekik ibunya, sedang Raffael malah terpingkal melihat itu.
Milo mendengkus sebal, memakan setengah pie miliknya, dan meski tanpa melihat Milo tanpa pikir melempar itu.
"Hah?!" Rivera kaget.
Karena bukannya melempar ke arah Raffael, Milo malah menamparkannya ke bagian tengah-tengah dadanya. Milo yang merasa aneh dengan apa yang dipegang, mengusap matanya.
Tentu saja, ia syok seraya menjauhkan tangannya.
"Ma-maaf, Tante ...." Milo kelihatan takut, terlebih wajah Rivera terlihat marah.
Amarah yang perlahan-lahan menjadi senyuman lebar, seraya mengangkat potongan pie lain. "Perang!" teriak Rivera dan mulai melempari dua anak itu.
Dan terjadilah, perang lempar pie antar ketiganya, meski semua kotor dan merah-merah tetapi tawa bahagia terdengar di sana.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]
Romansa18+ Milo, cowok 18 tahun yang memasuki masa puber, jatuh cinta pada pandangan pertama melihat ibu dari teman sekelasnya. Namun, cowok itu sadar ia tak boleh merasakannya karena 1) dia harus fokus ke ujian yang akan ia hadapi, 2) ia tak ingin cinta d...