13 Maret 2021
•••
Milo memejamkan mata selama beberapa saat, tidak jangan semudah ini! Setelah sekitar beberapa hari bermeditasi dan menguatkan diri, ia pasti bisa.
Bisa!
Membuka mata, melihat pemandangan ibu Raffael, Milo malah ragu ia bisa setahan itu.
"I-iya, Om." Ia membalas sapaan Rivera setelah sekian lama.
"Lho, om?" Ayahnya bingung dengan Milo, wanita masa dipanggil Om? Sedang Rivera tertawa geli karena kesalahan Milo.
"Ma-maksud aku Tante, maaf aku typo, Om."
"Lho ayah kamu kamu panggil Om?" tanya Brendon heran.
"Pah, maaf, a-aku buru-buru, entar dikira bolos! Papay, Tante, Kakek--eh Papah!" Milo pun buru-buru berbalik, siap pergi.
"Lah dipanggil Kakek." Brendon mendengkus sedang Milo buru-buru ingin mengambil langkah seribu. Namun, ayahnya menghentikannya lagi. "Ey, Milo, bentar!"
Milo berhenti, tetapi enggan berbalik, rasanya nanti ambyar.
"Rivera, kamu mau ke kantin, kan? Biar anak saya yang bantu tunjukkin jalannya. Bareng aja kamu sama dia."
YA LORD!
"Ah, iya, Pak." Milo memejamkan mata, merasa miris akan nasibnya, tetapi ia sadar sama sekali tak sopan menolak.
Lagi, tak ada alasan untuknya ... ia benar-benar terpojok tak bisa membalas apa pun.
"Saya permisi ya, Pak." Dan kini, Rivera ada di samping Milo, Milo bisa merasakan ada hawa semerbak di sekitarnya. "Ayo, Milo."
"Iya, Sayang." Milo menepuk keningnya, kenapa jadi Sayang?! "Ma-maksud saya, Tante. Maaf Tante gak sopan!"
Rivera hanya tertawa. "Iya gak papa, Sayang." Rivera mengatakan itu sebagai ibu dan anak, tetapi nyatanya menembus jauh ke dada Milo.
Milo berusaha menahan dirinya dan berjalan bersama Rivera, tentu hanya menatap ke depan tanpa ingin menatap wanita cantik itu. Namun, sesekali ia terpaksa melirik, Rivera ternyata hanya sepipi Milo.
Hm ... mereka pasangan serasi sekalipun Rivera lebih tua.
Milo menggeleng akan isi kepalanya, tidak tidak, tak boleh begitu. Sadar, Milo, sadar! Sadar siapa dirimu, dan Rivera.
Kini mereka memasuki lift, dan Milo menekan tombol lantai terdasar. Hanya berdua, dengan atmosfer penuh tekanan, hal yang membuat Milo bermeditasi seadanya di sana.
Santai, rileks, mantap!
"Jadi, Milo, gimana belajar kamu?" tanya Rivera, sekadar berbasa-basi. "Udah lama gak liat kamu belajar bareng Raffael, saya selalu nunggu kehadiran kamu, lho."
Deg!
Diajak berbicara, Milo jadi goyah.
"Ah, itu ... hehe iya aku belajar Tante di perpus. Ya gitu, udah remedial satu dan syukurlah nilainya membaik." Milo berusaha menjawab normal, syukurlah ia berhasil.
Dan tidak, ia akan menolak jika diajak, berbahaya!
"Oh ... bagus, kurang-kurangin main game-nya, ya." Milo agak kaget. "Ayah kamu bilang kamu suka main game, kan? Sebenarnya game bagus buat belajar bahasa Inggris, dan ada juga game buat simulasi, asah otak, saya nyaranin bagus juga kamu belajar sambil main game."
"Ah, gitu, Tante. I-iya, makasih sarannya ...."
"Sesekali mampir dong ke rumah Tante lagi, cemilan favorit kamu apa? Mungkin bisa Tante siapin." Rivera menawarkan, jantung Milo rasanya tengah berdisko padahal dia bukan berada di diskotik.
Ugh ... astaga astaga! Milo mulai agak kalap.
Namun syukurlah, pintu lift terbuka, Milo langsung mengambil langkah seribu. "Tante, kantinnya di sana, aku harus buru-buru ke sekolah Tante maaf."
Duh ... tidak sopan, daripada tidak bisa mengerem diri untuk mencintai ibu teman sekelasnya.
"Ah, iya, Milo. Tante tau kok." Rivera lalu sedikit berteriak, "Jangan lupa kapan-kapan mampir, Sayang--Eh, Milo!"
Milo terjerembab dengan wajah mencium lantai.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]
Romance18+ Milo, cowok 18 tahun yang memasuki masa puber, jatuh cinta pada pandangan pertama melihat ibu dari teman sekelasnya. Namun, cowok itu sadar ia tak boleh merasakannya karena 1) dia harus fokus ke ujian yang akan ia hadapi, 2) ia tak ingin cinta d...