Chapter 30

4.1K 237 34
                                    

8 April 2021

•••

Setelah asyik berperang yang dianggap Milo kedekatan antar keluarga, kini ia pun mandi di rumah Raffael, dua anak itu kini sudah selesai membersihkan diri dan Raffael melemparkan pakaian untuk Milo.

"Baju kemarin aja belum gue balikin, udah minjem lagi aja." Milo dan Raffael tertawa.

"Hari ini semua orang kelihatan bahagia." Raffael memakai pakaiannya. "Kamu dan keluargamu memiliki cara aneh tersendiri memberikan warna kepada orang lain."

"Yah, lo mau denger cerita gaje tentang keluarga gue, gak?" tanya Milo, tersenyum kecil. "Gue ada nemu novel tentang orang tua gue, dan di sana gue anak yang lahir di luar nikah--di luar keinginan mereka. Mereka sama-sama muda waktu itu, Mamah kelas dua belas SMA sementara Papah anak kuliahan yang dibuang."

"Wow ...." Raffael tak tahu harus menanggapi apa. Masa lalu Milo terlihat menyakitkan.

"Gue ngakak baca novelnya, serius. Di ending bokap gue dibikin meninggoy." Milo cengengesan. "Bahkan di novel lain, bokap juga kerasukan alien, pokoknya Mamah punya beberapa novel dengan pemerannya Papah dan dibikin aneh-aneh pokoknya. Aneh."

"Ouch ...." Raffael tertawa pelan. "Is that true ... sorry for asking."

"Yah, bagian gue anak di luar nikah, bener, tapi sisanya ya ... boong sih kebanyakan. Papah itu tipe cowok aneh, dia gak banyak deket sama cewek, padahal dia ganteng, tapi sifat dia cringe pasti bikin dia dijauhin." Milo menertawakan ayahnya. "Kalau lo mau baca novelnya, bisa aja gue pinjemin."

"Kamu sendiri, kenapa tak ada dekat dengan siapa pun?" Raffael mengangkat sebelah alis. "Kamu cukup populer di sekolah, tapi kamu kelihatan selalu sendirian."

"Ya emang lebih suka sendiri sih, gak tahu kenapa. Punya temen, tapi bukan akrab banget, sedang semua." Milo memakai celananya. "Cuman lo aja yang paling deket, serius."

"Kamu juga teman pertama yang paling dekat, kamu seperti ... kakak bagiku."

Kakak? Milo sedih, meski ia hanya tersenyum.

"Kalian udah selesai? Pienya sudah matang tapi kali ini dilarang lempar atau Mom akan menyentil hidung kalian!" Rivera tertawa dari balik pintu.

"Bukalah Mom, sebentar lagi kami sudah siap!" Rivera pun membuka pintu, Raffael memang sudah memakai baju tetapi Milo masih tahap celana.

Buru-buru ia memakai pakaiannya, dan sialnya pemuda itu malah tersangkut, kesusahan.

"Astaga Milo." Rivera tertawa, menghampiri Milo kemudian membenarkan pakaian pemuda itu hingga berposisi benar. Milo kini berhadap-hadapan dengan Rivera, matanya sayu menatap wanita cantik yang seksi tersebut.

Milo tersenyum, begitupun Rivera, dan Rivera lalu membenarkan rambut cowok tersebut yang agak berantakan.

"Tante cantik banget ...," gumamnya pelan.

"Ya Milo? Kamu ngomong sesuatu?" Milo tersadar dari lamunannya.

"Eh, mm ... ga-gak papa, Tante. Hehe."

"Ayo, udah siap kan? Ayo makan pienya."

Dan malam itu, mereka makan bersama, layaknya keluarga kecil yang bahagia. Milo membayangkan dirinya yang berjas, dipanggil Papah oleh Raffael, dan Sayang oleh Rivera.

Uwaw ....

Namun, lamunannya harus buyar karena yah, masih khayalan semata.

Lalu, setelah makan selesai.

"Mom, aku sangat ngantuk, aku tidur dulu, ya." Raffael berdiri dari duduknya sambil tersenyum.

"Raffe, ada Milo di sini, kamu--"

"Dah, Milo!" Dan Raffael langsung lari, tak mau tahu soal Milo yang hanya menatap kepergiannya kemudian menatap Rivera yang menghela napas atas apa yang dilakukan putranya.

"Milo, ini buat orang tua kamu." Milo menerima wadah besar, yang ia yakini berisi pie karena baunya yang begitu enak. "Makasih, Tante."

Rivera hanya tersenyum hangat, begitupun Milo, selama beberapa saat mereka saling menyelami manik mata masing-masing dalam keterkaguman.

"Ayo Tante antar kamu ke depan."

"Ah, mm ... i-iya." Keduanya lalu berdiri, Milo mengambil perlengkapan sekolahnya dan mulai mereka berjalan keluar hingga ke teras.

Dan saat itulah, Rivera memeluk Milo. "Terima kasih untuk segalanya, ya, Milo." Selama beberapa saat, Milo tertegun, sampai Rivera melepaskan pelukannya. "Titip salam sama orang tua kamu, hati-hati di jalan, ya."

"Mmm ... Ta-Tante ...."

Milo berpikir ... haruskah ia mengutarakan perasaannya? Sungguh, benar-benar gugup. Garis start-nya sudah bagus, tetapi ia ragu soal perasaan Rivera.

Ada perasaankah untuknya? Atau sebatas anak?

"Iya, Milo?"

Milo masih menatap Rivera, masih dilema mengutarakan, tetapi kemudian Milo memantapkan diri, meneguk salivanya.

"AkucintasamaTante!" kata Milo cepat, sangat cepat membuat Rivera menatap bingung.

Apa yang dikatakan Milo?

"Milo, kamu kecepetan, kamu ngomong apa?"

Ternyata Milo belum siap.

"Pie Tante enak banget, aku suka. A-aku pulang ya, Tante." Milo berbalik, beranjak menuju motornya meninggalkan Rivera yang masih terheran.

Jujur, ungkapan pertama berbeda dengan ungkapan kedua Milo, Rivera masih berusaha mencerna apa yang Milo katakan sambil melambaikan tangan ke udara di mana Milo kini beranjak pergi.

Rivera berbalik, dan menemukan Raffael di ambang pintu, melipat tangan di depan dadanya.

"Sudah kutebak, Mom."

"Eh? Raffe?"

"AkucintasamaTante, aku, cinta, sama, Tante." Rivera mengerutkan kening bingung. "Itu yang diungkapkan Milo tadi, dia suka Mommy."

"Hah?" Rivera kaget bukan main, benar, nadanya sama.

"Dia pikir aku tidak peka, tapi Mom pasti tahu aku tidak sebodoh itu, kan?" Raffael menghela napas. "Gerak-geriknya jelas dia suka sama Mom."

"Kamu serius, Raffe? Ta-tapi Mommy kan--"

"Mom, you are so beautiful, bahkan di hari pertama kalian bertemu aku lihat keadaannya seperti orang gila padamu, Mom. Dia anak puber, dia horni karena penampilanmu, dan aku tak ingin seorang ayah yang hanya mencintaimu karena nafsunya." Raffael menggeleng sementara Rivera masih saja syok. "Aku tidak mau Mom disakiti lagi."

"Itu ... itu tidak masuk akal, Sayang." Kedua pipi Rivera memerah.

"Aku akan membuktikan apakah dia pantas menjadi ayahku atau tidak, dan selebihnya Mom sendiri yang memutuskan." Raffael tersenyum hangat. "Apa Mom punya perasaan juga pada Milo?"

Rivera terdiam, ia memegang dadanya sendiri, tak tahu.

"Entahlah ...." Memang terkadang ada rasa berdebar kencang, tetapi ia tak tahu pasti apa itu.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang