Chapter 12

4.9K 211 15
                                    

16 Maret 2021

•••

Milo ada di perpus, dengan buku di sekitarnya disertai ponsel di sana. Anak itu benar-benar gigih belajar demi masa depan sekolah serta masa depan cita-citanya. Namun, terlihat saat ini si pemuda lesu, frustrasi dengan keadaan berantakan, ia memegang kepalanya yang berkukus dengan rambut yang bak tornado.

"Ini gimana ngerjain soalnya, My Lord?" kata Milo mengacak-acak rambutnya. Ia membuka lembaran buku di hadapannya, memegang kertasnya seraya memejamkan mata.

Harapannya, kali saja tiba-tiba tulisan itu masuk ke otak dan setelahnya lancar jaya ia mengerjakan, tetapi sial karena tak ada yang masuk sama sekali.

Mata Milo terbuka lagi, menggeram. "Duh, mana remedial, mana ulangan, ujian, lengkap banget penderitaan!"

Ya, Milo dalam keadaan terpepet, sangat terpepet dengan jadwal khas kakak kelas akhir semester, bahkan sehabis ujian pun ia harus ikut final. Milo termehek-mehek--walau setidaknya kompetensi gamer profesional ini yang memang diikuti anak-anak seumuran Milo setuju mengadakan sehabis ujian agar tak merasa terpepet--sedikit keringanan.

"Ah, di sini rupanya perpustakaan." Milo menoleh, memandang ke sumber suara. Matanya membulat sempurna menemukan Raffael yang berdiri di ambang pintu. "Ternyata paling pojok, aku jadi tak terlalu melihatnya. Uh-huh ...."

Ia masih tak menyadari keberadaan Milo yang ada di meja tengah ruangan, sampai Raffael melepaskan sepatu sebelum akhirnya masuk. Barulah, matanya bersitatap dengan Raffael.

Milo bersyukur Raffael bukan perempuan, dan tampaknya ia lebih mirip ayahnya, jadi Milo bisa lebih tenang. Cowok itu tersenyum canggung.

Raffael hanya mengangguk menanggapi, tak ada percakapan pasti dan kini Raffael berjalan ke arah rak buku. Cowok itu selain penyendiri, introvert, ia juga sangat pendiam. Milo ingat, tak ada yang berteman dengan Raffael, ia juga menolak menerima bantuan walau mau saja memberi bantuan--itu pun kalau disuruh.

Milo sudah lumayan lama di sini, dan dari ungkapannya Raffael tampaknya mencari perpustakaan dari tadi. Ia kelihatannya tak tanya-tanya ke teman atau guru, padahal malu bertanya, sesat di jalan.

Tak lama, kini Raffael datang bersama beberapa buku tebal di tangannya, dan setelahnya duduk di kursi yang sekitar semeter jaraknya dari kursi Milo. Sangat menjaga jarak. Entahlah, haruskah Milo mengajaknya berbicara?

Tidak, sepertinya Raffael ingin fokus membaca buku, sudahlah Milo tak mau ambil pusing.

Milo harus belajar, biarlah hingga jam enam--tepat perpustakaan akan ditutup. Ia harus mengabaikan Raffael yang bisa saja membuatnya terbayang-bayang wajah cantik Rivera.

Uh ... Ibu satu itu benar-benar cantik.

Milo menggeleng. "Fokus, Milo, fokus!" Mendengar suara Milo, Raffael menoleh sekilas, tetapi tampak Milo tak sadar karena asyik membaca apa yang ada di hadapannya.

Raffael menggeleng, berusaha mengabaikan Milo saja.

Meski faktanya, ia sulit mengabaikan Milo. Cowok itu terus saja bergerak, mengumpat, kelihatan stres berat membuat suara-suara yang membuat Raffael sulit berkonsentrasi. Mendengkus dan memutar bola mata, Raffael lalu angkat suara.

"Perlu bantuan?"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang