18 Maret 2021
•••
Milo yang mendengar pertanyaan itu menoleh, wajah kaget kentara. Apa tadi? Raffael menawarkan bantuan? Mustahil!
"Lo ... ngomong sesuatu?" Milo malah bertanya balik, melongo layaknya orang idiot.
Raffael mendengkus pelan. "Kamu cowok yang berisik karena angka-angka itu!" Perkataan Raffael bagaikan hunusan pisau ke dada Milo. "Aku hanya menawarkan bantuan, karena kamu kelihatannya kesulitan."
"Eh ... ma-maaf, gak usah Raf. Gue bisa sendiri, kok." Milo menyengir lebar. "Gue gak bakalan berisik, kok! Serius!"
Raffael tak menggubris, cowok bule itu kini berdiri, menghampiri Milo sebelum akhirnya duduk di sampingnya.
"Jadi yang mana?" tanya Raffael.
"Yang mana apanya?" Lagi dan lagi, Milo hanya bertanya balik.
Raffael memutar bola mata, menarik buku yang ada di hadapan Milo, kemudian melihat isinya. "Ah, masih mempelajari ini? Kamu tahu ilmu-ilmu dasarnya, dan setelahnya pasti bisa yang lain."
"Ah? Mm ...." Milo bingung apa yang Raffael katakan.
"Ini Peluang, Buddy! Ini pasti pernah kamu pelajari dulu sekali, jika tidak, tidak mungkin materi ini keluar. Ini materi yang simpel."
Simpel? Angka semua ....
Milo tersenyum canggung, menggaruk kepalanya membuat Raffael mendengkus seraya memejamkan mata.
"Baiklah, kita mulai dari yang termudah dulu."
Dan Milo mau tak mau menerima uluran tangan Raffael mengajarinya, remaja yang lebih muda dari Milo itu menjelaskan dengan cerdas dan entah kenapa, sangat mudah Milo memahami yang dimaksud. Ia bisa merasakan di samping Raffael, otaknya mengencer setelah tadi sebeku Kutub Utara.
"Oalah ... ternyata gampang, ya. Satu soal, nah jawabannya bener!" Milo gembira ketika melihat jawabannya di ponsel benar.
"Well, great job." Raffael memuji meski dengan wajah begitu datar.
"Makasih banyak, Raffael! Makasih!" Milo tertawa pelan.
"Berterima kasihlah pada Mommy, itu metode yang dia ajarkan kepadaku." Milo merasa kikuk mendengar itu. Walau yah ia bisa menahannya--selama Rivera tak ada secara langsung di sini.
"Wah ... hehe ... iya iya."
"Kamu tidak datang lagi sejak hari itu, padahal guru menyuruhmu belajar denganku, kenapa?" tanya Raffael tiba-tiba.
"Ah ... cuman yah gak enak, ya gitu gimana ya. Ya gitu ... maaf." Raffael menatap Milo bingung, sedang Milo sendiri juga bingung.
Ia tak tahu alasan yang tepat.
"Hah ... aku tidak bisa memaksamu, toh itu pilihanmu ingin nilai apa." Milo menunduk, sedang Raffael menatap jam tangan di tangannya. "Tampaknya sudah lewat dari waktu senggangku, hah ...."
Raffael berdiri, siap beranjak pergi bersama perlengkapan sekolahnya, tetapi Milo menghentikan.
"Raf!" Raffael menoleh, menatap bingung Milo. "Lo ... mmm ... mau ngajarin gue kek gini lagi gitu? Ka-kalau gak keberatan, sih. Anu, kan, disuruh Pak Guru."
Raffael menghela napas. "Well, ini terpaksa. Aku tak suka belajar kecuali di rumah, jika kamu memang ingin belajar bareng kamu bisa ke rumahku. Ini terakhir kalinya aku punya kesempatan ini." Ia kembali berbalik dan mulai melangkah pergi.
Milo menunduk lagi, berpikir, haruskah begini? Huh ....
Ah, tapi tunggu! Jika iya ibu Raffael bekerja bersama ayahnya di kantor, jadwal pulangnya ... ah benar, Milo aman!
"Oke! Gue bakalan ke sana!"
Raffael mengangkat tangannya, menanggapi itu dengan setuju, sebelum akhirnya ia benar-benar pergi.
"Nice!" Senyum Milo lebar selebar-lebarnya.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]
Romance18+ Milo, cowok 18 tahun yang memasuki masa puber, jatuh cinta pada pandangan pertama melihat ibu dari teman sekelasnya. Namun, cowok itu sadar ia tak boleh merasakannya karena 1) dia harus fokus ke ujian yang akan ia hadapi, 2) ia tak ingin cinta d...