7 April 2021
•••
"Jangan salahkan dia, dia--"
"Enggak, aku gak nyalahin dia, tapi aku bakalan nyalahin ketidaktahuan Tante sama dia." Milo menatap Rivera tajam. "Tante tahu Raffael benci sama Tante, kan?"
Dada Rivera sakit mendengarnya.
"Dia benci, tapi sayang banget sama Tante. Kontradiksi banget, kan?"
Dan sekarang wanita itu mendongak, menatap bingung si pemuda.
"Keknya kesalahan aku, gak bisa jaga janji aku ke Raffael, tapi aku agaknya muak sama kesalahpahaman ini. Raffael benci Tante, atau lebih tepatnya benci di mana Tante nganggap dia anak kecil yang harus selalu dilindungi, dan dibahagiakan tanpa memikirkan diri sendiri. Tante selalu memendam masalah sendirian tanpa berpikir untuk mencari pertolongan ataupun sekadar mengeluarkan unek-unek Tante."
Rivera menunduk, ia memang ... melakukan hal itu.
"Justru itu yang menyakiti Raffael, Tante. Itu hal yang membuat Raffael membenci. Raffael sangat menyayangi Tante bahkan dia janji jagain Tante dari pria mana pun, dia yang janji bakalan jagain Tante, dia gak mau Tante nemu pasangan yang salah lagi."
Rivera kaget, Raffael tahu hal itu?
"Dia udah dewasa dan paham apa yang terjadi antara Mom dan Dad dia, dia mencari tahu itu semua sendirian. Kadang tidak ada salahnya jujur, meski kejujuran itu menyakitkan. Daripada terus berbohong, tapi sakitnya terus berlanjut."
"Iya, Raffael perlu sosok ayah, tapi bukan ayahku yang dia maksud. Tapi sosok ayah yang seperti ayahku." Rivera terisak lagi, memegang dadanya seraya merutuki kebodohannya. "Dia bahagia karena ayahku mungkin sosok ayah yang dia inginkan."
"Maaf, Milo, maaf ...." Rivera terisak lagi, semakin tertunduk.
"Minta maaf sama Raffael Tante, jangan samaku." Milo tersenyum hangat. "Tante jangan undurin diri, ya. Aku gak bakal ngasih tahu ini ke Papah, aku tahu Tante lagi banyak pikiran karena kejadin akhir-akhir ini. Tante gak bermaksud begitu, kan?"
Rivera tersenyum, menatap haru seraya mengangguk. "Makasih, ya, Milo. Terima kasih."
Lalu, otak Milo berputar ke modus lain. "Dan Tante tahu, sifatku sebelas dua belas ayahku."
Rivera tertawa. "Iya, kamu baik seperti ayah kamu, dan sangat pengertian. Sekali lagi terima kasih, Milo ...."
Namun tampaknya, Rivera tak peka.
"I-iya, Tante. Sama-sama." Milo tersenyum kecut. "Tante tenangkan diri ya."
"Ah, iya." Rivera menyeka air matanya segera. "Oh ya kamu ... sekolah?"
"Mm iya, tapi keknya udah lewatin mapel pertama."
"Ma-maaf ...."
"Gak papa, Tante." Milo tersenyum. "Oh ya ini dari Mamah Papah, makan buat Tante katanya."
Menerima wadah bekal itu, Rivera menangis harus, bagaimana mungkin ia bisa sejahat itu pada keluarga yang begitu baik ini?
"Hust ... udah Tante ... tenang, ya." Rivera menyeka air mata lagi, mengangguk. "Ya udah, aku ke sekolah dulu, Tante. Semangat kerjanya, jangan sedih lagi." Milo berdiri.
"Iya, Sayang." Rivera juga ikut berdiri. Dan tanpa disangka, memberikan ciuman hangat di kening Milo. "Terima kasih sekali lagi ya, Sayang."
Perasaan Milo sangat berbunga-bunga sekarang ....
"Dan, katanya kamu bakalan punya adik ya, Sayang? Selamat!"
"Ah, iya, dikasih tahu Papah ya?" Rivera mengangguk. "Ya udah, aku berangkat. Dah, Tante ...."
"Dah ...."
Meski tak rela, Milo pun beranjak pergi meninggalkan Rivera yang masih amat merasa bersalah berkeinginan melakukan hal jahat pada mereka.
Dan melakukan hal jahat pada putranya sendiri, Raffael.
Ia akan meminta maaf pada Raffael sepulang ini, dan syukurlah di hari Jumat bekerja pun juga hanya setengah hari. Tepat saat Raffael pulang sekolah. Rivera tancap gas menuju sekolah putranya, dan terlihat Raffael yang diboncengi Milo ada di gerbang.
Milo yang sadar itu mobil Rivera menghentikan motor, dan saat itulah Rivera keluar dari mobilnya, langsung memeluk putranya erat.
"Maafin Mommy," kata Rivera, terisak.
"Eh? Mom?" Sedang Raffael terlihat bingung.
Rivera melepaskan pelukan, menatap tepat ke mata putranya. "Mulai sekarang, tak akan ada rahasia lagi di antara kita, dan Mom akan berusaha memahami kamu selayaknya kamu memahami Mom juga ...."
Raffael membulatkan mata sempurna.
Sedang Milo tersenyum akan kemesraan ibu dan anak itu, sampai ia diberikan tatapan horor dari Raffael. Raffael tentunya sadar siapa yang mengemberkan rahasianya.
Milo lalu menggerakan mulutnya, berbicara. "Lo juga sama, gak terus terang sama nyokap lo, makanya sama-sama salah sangka teros!"
Raffael menghela napas pasrah, dan ia memejamkan mata menikmati pelukan hangat ibunya, pun membalasnya kemudian.
"Promise me, Mom."
"I promise."
"Nah, gitu dong, harus akur." Milo berkecak pinggang, berbangga diri.
"Ayo kita pulang, Sayang. Mom mau masakin makanan kesukaan kamu."
"Iya, Mom." Terlihat senyum tercetak di bibir Raffael, Milo semakin bangga.
Akan tetapi, kebanggaannya hanya sebentar ketika ia dikacangi ibu dan anak itu yang masuk ke mobil, sebelum akhirnya menjalankannya dengan kecepatan sedang tanpa ucapan apa pun.
"Lah, dikacangin?" Milo merengut sedih. "Tapi gak papalah, masih banyak waktu, santuy!"
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]
Любовные романы18+ Milo, cowok 18 tahun yang memasuki masa puber, jatuh cinta pada pandangan pertama melihat ibu dari teman sekelasnya. Namun, cowok itu sadar ia tak boleh merasakannya karena 1) dia harus fokus ke ujian yang akan ia hadapi, 2) ia tak ingin cinta d...