Chapter 22

3.5K 204 17
                                    

1 April 2021

•••

Bukan tanpa alasan Milo berani menggaspol keinginannya bersama Rivera, karena pertama: Rivera menjadi bahan bakarnya belajar.

Nilainya semakin membaik kala ingat Rivera, ingatannya menjadi kinclong tentang pelajaran.

Dan yang kedua ... Milo memperhatikan sekitar rumah, dan tak menemukan foto ayah Raffael. Milo tahu hal ini jahat, tetapi otaknya berpikir ... melihat foto yang agaknya disobek hingga terlihat hanya ada Raffael dan ibunya, tentu ada sesuai maksud di sana.

Namun saat ini, PDKT Milo perlu analisis lebih demi tidak berakhir mengecewakan, walau 80% ia yakin jika status Rivera dan ayah Raffael sedang dilanda sesuatu.

Kini setelah Raffael membersihkan diri, Milo juga ikut membersihkan diri dan kini memakai pakaian Raffael yang syukurlah ia punya pakaian yang pas untuk Milo, mereka kini berjalan menikmati suasana yang mulai menyore terlihat indah.

Layaknya ayah dan anak.

Milo menyengir sendiri.

"Sudah lama aku tidak begini," kata Raffael, angkat suara. "Di tempatku dulu, kami perlu memakai mantel untuk jalan-jalan, tapi di sini suhu begitu stabil."

"Yap, tropis." Milo menanggapi, Raffael yang dulu perlu diajak bicara nampaknya bisa mengawali pembicaraan.

"Biasanya aku dan Mom jalan-jalan, berdua, menikmati suasana kota. Kami akan singgah ke kafetaria favorit kemudian membeli macchiato, kami sama-sama suka rasa pahit." Kata pahit di sana terdengar sangat menyakitkan.

Bahkan, Raffael menghentikan langkah, membuat Milo juga ikut berhenti.

"Lo ... mau ke kafe deket sini? Ada macchiato juga sih, cuma tau deh rasanya sama atau enggak kayak di tempat kamu."

Raffael menatap Milo. "Aku tidak membawa uang."

"Gue traktir deh, santai." Milo tersenyum lebar.

Dan Raffael menyunggingkan senyum tipis. "Thanks."

Mereka pun berjalan lagi, dan sesuai ungkapan Milo menuju ke kafetaria. Ada bunyi lentingan khas kala mereka masuk ke kafetaria itu, sebelum akhirnya menuju ke sebuah meja, memesan minuman sesuai keinginan Raffael.

Dua macchiato.

"Aku suka suasana di sini, begitu tenang." Raffael mengomentari, Milo tahu dia sangat bahagia.

"Yoi, lo tau, ini kafe bahkan lebih tua dari bokap gue, lho." Milo mulai bercerita banyak hal. "Dulu lebih sederhana, sekarang udah direnov, jadi ya makin modern. Walau hawa-hawa kesederhanaan tetap ada."

"Aku bisa merasakannya." Raffael manggut-manggut, menatap sekitaran. "Senyaman rumah."

Tak lama, pesanan mereka pun datang, Milo segera menyeruput macchiatonya yang langsung membuat wajahnya berubah. Ia tak menyangka akan lumayan pahit begitu, tampilannya menggoda dengan busa sedemikian rupa, hingga ia meletakkannya kembali.

Sedang Raffael, Raffael dengan santai menyesap macchiato-nya, kemudian meletakkannya ke meja lagi seraya menghela napas panjang. Ia kini memandangi macchiatonya.

"Enak?"

"Yap." Singkat padat dan jelas jawaban Raffael, ia hanya memandangi macchiatonya.

"Lagi kangen masa-masa indah sama nyokap lo, ya?" Raffael hanya menghela napas. "Dia sibuk kerja, mungkin waktu senggang nanti kalian bisa bareng? Mungkin?"

"Sebenarnya, bukan itu hal yang aku pikirkan, aku tahu ibuku sibuk dan aku tidak ingin menyusahkannya. Ia sudah cukup banyak mengalami kesulitan." Raffael lalu menatap ke arah dinding kaca di sampingnya. "Dia sudah terlalu banyak mengalami kesulitan."

Apakah Raffael akan menceritakan sesuatu pada Milo soal keadaan keluarganya saat ini? Milo tahu ini sensitif tetapi di sisi lain ia tak sabar.

"Raff, lo ke sini sama ibu lo doang, ya? Ayah lo mana?"

Raffael mengalihkan pandangan cepat ke Milo, dan perasaan Milo langsung tidak enak melihat tatapan itu.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang