Chapter 36

4.1K 229 47
                                    

11 April 2021


•••

Tok! Tok! Tok!

Raffael yang tengah membaca buku menoleh ke arah pintu. "Buka saja, Mom. Aku tidak menguncinya!"

Tok! Tok! Tok!

Raffael mendengkus, ia berdiri dari duduknya dan melangkah ke pintu, mulai membukanya.

"Aku tidak menguncinya--eh?"

"Mommy Daddy pulang!" kata Milo yang memakai jas, dan menggandeng Rivera mesra, mereka seperti sepasang insan kantoran tetapi mengaku sebagai suami istri. Raffael menatap aneh keduanya yang kemudian masuk.

Milo menepuk puncak kepala Raffael. "Maaf lama, ya, Sayang. Kamu abis belajar ya?"

"Kamu demam?" Raffael bertanya, meletakkan punggung tangan di kening Milo. "Waw, itu jidat terpanas."

Milo tertawa. "Kamu bisa aja, Son. Iya Daddy demam Mommy-mu." Milo menatap hangat Rivera yang juga menatap balik dengan hangat, keduanya siap menyatukan bibir ketika Raffael menghalanginya.

"Hey, sadar kamu!" Raffael menggeram sebal.

Kedua orang di hadapannya hanya tertawa, Raffael semakin bingung ini nyata atau mimpi. Namun faktanya, ini nyata.

Milo dan ibunya menikah?! Kapan?!

"Sayang, kamu mau masak apa hari ini?"

"Entahlah, kamu mau apa? Mau kumasakkin? Makanan apa?" Rivera bahkan ikut-ikutan stres di hadapan Raffael.

"Hm ... bagaimana kalau aku memakan dirimu saja, rawr."

Raffael menatap dengan wajah jijik. "Hey, Mom, Milo, hentikan akting aneh kalian!" Keduanya tampak tak peduli.

"Kamu mau makanan apa, Sayang?" Dan Milo bertanya pada Raffael.

Raffael memperagakan muntah. "Hentikan menyebutku Sayang, kau kelainan seksual?!"

"Sepertinya dia mau masakan favoritnya, Honey. What do you think?"

"Okay, aku akan membuatnya segera."

"Aku akan membantumu, Baby."

Raffael ternganga melihat dua insan aneh itu, mulai menuju dapur dengan begitu mesranya bergandengan. Raffael dengan aneh mengekori, dan dilihatnya Milo dan Rivera memakai celemek masing-masing.

"Duduklah, makan malam akan segera Mom dan Dad siapkan." Milo mengerling.

"Kalian sudah kehilangan kewarasan." Raffael mendengkus, ia sebenarnya ingin pergi tetapi Milo yang nempel-nempel dengan ibunya membuatnya sangat kesal. Terlebih ibunya mau-mau saja.

Ini sudah kelewatan, meteran Raffael terhadap Milo mulai berkurang.

"Ini diapain, Sayang?"

"Kamu potong saja, Sayang." Mereka sayang-sayangan, Raffael merasa cringe mendengarnya.

"Bagaimana memotong ini?"

"Begini." Ibunya berdiri di belakang Milo, membantunya memotong begitu mesranya, Raffael mendengkus kasar, padahal memotong sayur tak sesulit itu.

Dan mereka melambat-lambatkan kegiatan, menyebalkan!

Dan bahkan, Milo nempel-nempel?! Raffael segera berdiri menghampiri, menengahi mereka. "Biar aku saja yang memotong, kamu payah Pak Tua!" ejek Raffael.

"Wah, Raffe, kamu bakalan bantu kami masak?" tanya Milo bahagia.

Raffael menodongkan pisau ke Milo. "Apa yang kukatakan soal panggilan Raffe." Milo terlihat santai. "Awas saja kamu!"

Kini Raffael memotong sayur, begitu kasar tetapi cepat, sedang Milo menatap Rivera, jujur tadi membuatnya takut meski terpaksa santai saja sementara Rivera berusaha menyemangatinya.

Demi akting sebagai orang tua Raffael, sekalipun matanya melotot melihat cara Raffael memotong wortel, bak itu adalah anunya.

"Apa yang harus kulakukan, Honey?" tanya Milo mengalihkan perhatian.

"Kamu bisa merebus air, Momo." Momo? Apa itu? Panggilan sayang? Milo berbunga-bunga. Tapi seingatnya ini tokoh yang dipasangkan dengan ayahnya di salah satu novel ibunya.

Hm siapa peduli, yang penting panggilan sayang.

"Siap, My Rere ...." Rere, cocok juga, Rivera tertawa pelan karenanya.

Meski Raffael, mulutnya terlihat mengejek percakapan dua insan itu. Kini sambil memasak, ia juga memperhatikan Milo yang bisa saja keblablasan pada ibunya, hingga Milo yang agak takut menahan diri.

Huh ....

Dan tiba-tiba, karena fokus mengawasi Milo, Raffael berdesis. Anak itu memegang tangannya yang tanpa sengaja terkena irisan.

"Raffe, kamu baik-baik saja?" Ibunya sigap menghampiri.

Sementara Milo langsung berlari, tepatnya ke kamar mandi, sejujurnya ia tak tahu di mana kotak P3K hanya saja pemuda itu menggunakan insting seadanya. Di lemari yang tersedia di dekat wastafel, ia temukan benda itu.

Kemudian kembali lagi ke dapur.

"Kamu bisa santai? Ini hanya luka kecil." Namun Milo tak peduli, ia obati luka (calon) anaknya itu, membersihkan kemudian membalutnya dengan perban. Sangat hati-hati bahkan Raffael yang sebenarnya kesakitan, perih, tak merasa sakit lagi.

Raffael terdiam selama beberapa saat kala Milo melakukan itu padanya, sesuatu terputar di kepalanya.

"Sudah lebih baik, Son?" tanya Milo, seketika menyadarkan Raffael dari ketertegunannya.

Raffael menarik tangannya kasar. "Aku tidak apa-apa, ini hanya luka kecil, dan jangan panggil aku son! Aku belum menjadi putramu!"

Milo tersenyum, Raffael tak menyebut "bukan putramu" tetapi "belum menjadi putramu". Jelas tingkatan ini semakin mendekatkan mereka.

"Dasar teman menyebalkan, dia pandai berakting." Raffael menggumam, mereka melanjutkan masak-masaknya.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang