Chapter 17

4.2K 209 30
                                    

23 Maret 2021

•••

"Milo pulang!" Cowok itu masuk baru memasuki rumah, dan baru ia sadari rumah dalam keadaan sepi. "Lho? Pada ke mana? Bi! Bibi!" Milo memanggil pembantunya.

Tak lama, wanita yang dipanggil datang. "Eh, Tuan Muda udah pulang." Wanita dewasa itu tersenyum hangat.

"Mamah sama Papah mana?" tanya Milo, menatap sekitaran.

"Oh, ada."

"Di mana?" Milo mengerutkan kening.

"Lagi dinner di luar."

Milo ber-poker face. "Itu namanya gak ada, Bi!"

"Ada kok. Tapi di luar." Sang bibi bersikeras.

"Ya itu di luar, kan aku nyari ada gak di rumah!" Milo mendengkus.

"Oh, Tuan Muda sih gak spesifik tanyanya." Milo memutar mata malas menanggapi. "Bercanda, Tuan Muda. Jangan terlalu serius mukanya."

"Canda mulu, mending janda."

"Eh, Tuan Muda pencinta janda?" Milo menatap kaget sebentar, dan ia seakan masuk ke pikirannya sendiri.

Bagaimana jika Rivera jadi seorang janda?

"Be-bercanda, Tuan Muda." Bibi tertawa miris, tetapi melihat Milo yang terdiam tawanya terhenti. "Lho, Tuan Muda! Tuan Muda kenapa?"

Milo seketika menggeleng, kenapa ia mengharapkan wanita itu janda ataupun suaminya tiada?! Bagaimana nasibnya dengan Raffael, dan Milo? Kenapa memikirkan sejauh itu?!

"Tuan Muda, Tuan Muda kenapa, deh?" Milo beranjak, tak menanggapi sang bibi seakan ia tak lagi sadar kehadirannya. "Duh, apa dia bakal nemuin Tuan biar mecat aku? Ugh ... jangan gitu! Tuan Muda, nanti Bibi bawain makan malam, mau makan malam apa? Makanan favorit Tuan Muda?"

Tak ada jawaban.

"Keknya iya." Ia beranjak ke dapur.

Sementara Milo ke kamar, masih kalut dengan pemikirannya selama beberapa saat sampai ia berhasil menetralisir hal tadi. Ia menghela napas, mulai melepaskan tas sekolah dan pakaian sekolahnya sebelum akhirnya menggantung ke tempat gantungan.

Milo pun mulai membersihkan diri, tak butuh waktu lama untuk selesai, sedikit mengeringkan diri sebelum akhirnya bersama handuk ia mencari pakaian, melemparkannya ke atas kasur, dan mulai memakai pakaiannya kala duduk di kamar.

Namun, saat ingin memakai celana, mata Milo menangkap tas sekolahnya.

Ia baru ingat kue pemberian Rivera, tanpa memakai pakaian lain ia langsung menghampiri tasnya, membuka, kemudian mengeluarkan isi. Kue Rivera.

Milo menghirup aromanya dalam-dalam, kuenya memang sangat enak. Ia membuka bingkisan itu, memakannya dengan begitu nyaman. Lalu bayangan hadir di kepalanya.

"Ini sarapannya, Mas." Rivera meletakkan piring berisi kue di hadapan Milo yang duduk di kursi, pemuda itu sudah jadi pria berjas yang tampan dan mapan.

"Makasih, Sayang." Ia mencium pipi wanita itu.

Lalu tak lama, Raffael datang bersama senyuman, tas di punggung serta gaya apa remaja kuliahan. "Pagi, Mom, Dad!"

"Pagi, Sayang."

"Aku duluan, ya, Mom, Dad! Udah telat! Dah!" Raffael beranjak.

"Iya, Sayang! Dah!" Milo dan Rivera berdadah balik selama beberapa saat, sebelum akhirnya bertukar pandang bersama senyum hangat. Rivera lalu mendekatkan pipinya di samping kepala Milo, menyatukan pipi mereka lembut dan Milo mengusap rambutnya lembut.

Milo memejamkan mata menikmati lembutnya pipi Rivera disertai aroma yang memabukkan itu.

"Milo, kamu ngapain? Luluran pake kue?" Mendengar suara itu--suara milik ayahnya, Milo menoleh, ditemukannya orang tuanya yang berdiri di ambang pintu.

Milo tersadar, ternyata sambil berkhayal, ia mengelus-eluskan kue ke pipinya seakan berpikir itu Rivera. "Eh, Papah, Mamah!" Milo kecut, malu bukan main. "Ngapain ke sini?"

"Kamu tuh yang ngapain, Mamah denger kamu ngomong, "Makasih, Sayang." Terus, "Pagi, Sayang.", terus sayang sayang. Kamu ngomong sama siapa, huh? Udah sore juga."

Milo meneguk liur, apa yang harus ia katakan?

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang