Chapter 19

3.6K 203 21
                                    

27 Maret 2021

•••

Di pagi hari, Milo terlihat datang cukup awal di mana hanya beberapa murid yang datang, bahkan kelasnya masih sepi melompong dan pemuda itu segera melompat ke atas kursi, mulai memainkan ponselnya dengan begitu mahir.

Tangannya menekan-nekan, menggeser, sedemikian rupa.

Apa lagi yang Milo lakukan selain bermain game, hal yang selalu menjadi candu untuknya.

Tak lama, seorang pemuda bule masuk, Raffael, matanya melihat hanya ada beberapa orang termasuk Milo yang kelihatan sibuk dengan dunianya sendiri sebelum akhirnya menghela napas, menghampiri pemuda itu.

"Kamu sedang apa?" tanya Raffael, Milo terkesiap dan ponselnya hampir terlempar jauh. Syukurlah ia bisa menangkap dan kembali memainkan ponsel, takut AFK.

"La-lagi ... main game bentar." Raffael memutar bola mata, bahkan Milo menjawab tanpa menoleh ke arahnya.

"Kamu tahu, Mom berpesan padaku, kalau Ayahmu berpesan kamu harus fokus belajar dulu karena turnamenmu masih lama."

Jantung Milo tiba-tiba berdetak keras sekali, bunyinya deg! keras.

"Aku tahu tak ada hak bagiku mengganggu permasalahanmu, tapi ini mau tak mau. Ibuku sudah membuat janji pada ayahmu."

Milo menjauhkan ponselnya, menatap Raffael pada akhirnya, sekali lagi ia melihat ponsel kemudian menatap Raffael.

"Habis ini gue bakal berhenti."

"Ok." Raffael manggut-manggut dan duduk di kursinya, meninggalkan Milo yang terdiam.

Hingga suara "DEFEAT" terdengar di ponselnya.

"Ck!" Milo kesal, ia kalah, hanya saja ia sadar tak seharusnya Milo kecanduan game saat ini. Lebih baik kecanduan belajar, andai baginya belajar seperti bermain game.

Oh, jangan lupakan, hari ini ia ada remedial!

Milo menepuk kening, semalaman ia tak belajar, karena asyik bermain game, game, dan game. Ia mengeluarkan buku pelajaran, mengambil buku yang sesuai remedialnya hari ini, dan entah apa yang terjadi, otaknya tampaknya jadi blank hingga salah membawa buku. Tambahan sial, Milo lupa materi dan lupa apa yang dipelajari.

Tidak, jangan ....

Mata Milo menatap Raffael yang asyik membaca buku, ia tahu Raffael tak suka belajar di sekolah kecuali terpaksa, tetapi Milo dalam keadaan terpepet. Dengan agak takut, Milo pun menghampiri Raffael.

"Raf ...."

Raffael menghela napas, pun menoleh dengan wajah malasnya.

"Gue ...."

Dan Raffael, malah menyerahkan kotak ke Milo. Milo menerima kotak itu.

"Aku hampir lupa, itu dari Mom."

"Ini apaan?" tanya Milo, dan kala membuka dan melihat isi kotaknya. Kotak ini ternyata berisi bekal empat sehat lima sempurna. "Eh? Buatku?"

"Ya, Mommy membuatkannya."

Ada rasa berbunga-bunga di dada Milo, meski ia heran ada kertas yang menyelimuti buah pisang yang ada di sana. Milo membalik pisang itu, dan kertas yang menyelimutinya ternyata adalah sebuah catatan.

"Semangat belajarnya, Sayang!" Ditambah gambar hati di sana.

Dan tiba-tiba, segala yang pernah Milo pelajari masuk ke otaknya, mata Milo semakin berbinar bahagia.

"Damage-nya gak ngotak, cuy!" gumam Milo.

Raffael menatap dengan kerutan di kening. "Maksudmu?"

"Makasih, Anakku!" Milo memekik, sebelum akhirnya duduk di kursinya.

"Hah? Apa maksudmu?" Raffael masih menatap heran, tetapi melihat wajah rada tidak waras Milo, Raffael memilih mengabaikan pemuda itu.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang