•••
Thirty Three
Menimbang pilihan lain tidak ada yang pasti, Geumjae hanya bisa memaksa dirinya untuk yakin bahwa ia bisa membawa Ashley terbang dari tempat ini, menuju rumah sakit terdekat untuk setidaknya ditangani sebentar.
Tapi, bagaimana dengan sayapnya?
Sayapnya yang menyedihkan itu bertengger kaku di punggungnya, bagai sebuah hiasan belaka. Ia hanya perlu menambahkan bando dengan lingkaran bulat putih yang menggantung ke atas, jadilah malaikat yang digambarkan para manusia.
Geumjae menatap prihatin, tangannya terulur sejenak menyingkirkan helaian rambut Ashley yang menempel di dahinya.
Lengket, penuh darah.
Tidak ada waktu lagi, ia harus membawa gadis itu pergi sekarang juga. Mungkin saat sudah dekat nanti, ia akan menyembunyikan lagi sayapnya dengan penuh rasa sakit dan berlari sambil berteriak minta tolong.
Baiklah.
Geumjae mencoba berdiri dengan tubuh Ashley di atas kedua tangannya, tapi ia sudah kembali jatuh sebelum posisinya sempurna.
Meringis kesakitan, napas Geumjae tersengal dengan tempo cepat dan berat.
Dalam kondisinya saat ini, gadis di gendongannya terasa berjuta-juta kali lebih berat, meski seharusnya ia bisa mengangkat Ashley dengan mudah dalam kondisi prima.
Denyut nadi Ashley makin melambat, sepertinya darah yang keluar dari tubuhnya sudah terlalu banyak dan Geumjae benar-benar harus membawanya saat ini juga.
"Hold on, Ash ..." Geumjae mengelap peluhnya yang bercampur darah, lalu ia mencoba bangkit lagi.
Kakinya gemetaran, tapi fallen-angel itu berhasil berdiri meski perlu sedikit menekuk kakinya. Lututnya hampir tidak kuat, rasanya ia bisa mendengar mereka meronta-ronta meminta diluruskan.
Tapi saat ini, itu tidak penting.
Sekarang yang perlu ia pikirkan hanyalah bagaimana caranya terbang dengan sayap setengah patah dan berbulu rontok, sambil membawa seorang gadis dewasa tak sadarkan diri dalam gendongan tangannya.
Geumjae mencoba menaikkan sayapnya sedikit, dan suara gemerutuk kencang disertai rasa sakit hebat langsung menyerangnya.
Sebuah erangan tertahan keluar dari laki-laki itu, bersamaan dengan ambruknya ia untuk yang kedua kalinya.
Rasa sakit di sayapnya menjalar ke seluruh tubuh, punggungnya seperti ditekan besi bulat di satu titik amat keras, menimpanya sampai ia tidak bisa bangkit lagi.
"Ayolah ..."
Geumjae tidak menyerah, ia bangkit lagi dengan kaki yang masih gemetar dan kali ini langsung mencoba mengepakkan sayapnya.
Geumjae mengerang lagi, jauh lebih keras dari sebelumnya, melampiaskan rasa sakit tak terbayangkan yang dilandanya. Tubuhnya hampir jatuh lagi, tapi sebisa mungkin ia menahannya agar tetap melayang di udara.
Dengan gerakan patah-patah, nyeri yang membuatnya hampir mati rasa, dan bunyi retakan tulang tanpa henti, Geumjae bisa terbang membawa Ashley menuju rumah sakit terdekat yang bisa ditemukannya.
•
Tangan Geumjae mulai gemetaran, bersamaan dengan sayapnya yang mulai tidak mampu lagi menopang berat dua tubuh orang dewasa. Sebentar lagi mereka sampai, Geumjae terus memaksa dirinya agar tetap kuat.
Tepat ketika jarak Geumjae tersisa sepuluh meter lagi, sayapnya tiba-tiba tertekuk lemas ke bawah dengan posisi tidak wajar, disertai suara tulang patah yang amat keras.
Geumjae berteriak tanpa suara, kedua matanya terbelalak lebar merasakan sakit yang tidak pernah ada di bayangannya, tubuhnya meluncur jatuh dengan cepat. Dekapannya pada tubuh Ashley mengerat, berusaha melindunginya dari benturan yang akan mereka alami.
Bruk!
Mereka jatuh dengan posisi punggung Geumjae menubruk tanah duluan, Ashley di atasnya dalam kondisi aman, tapi sayapnya tidak.
Geumjae memejamkan mata, menikmati rasa sakit teramat hebat dari sayapnya yang mungkin telah hancur tak bersisa, suaranya bahkan tak lagi timbul hanya untuk sekedar menggumamkan nama Ashley dan Namjoon.
Pelukannya pada Ashley melemah, Geumjae tak kuat lagi menahan segalanya.
Ia membuka matanya, menatap gadis di sebelahnya yang matanya terpejam khidmat penuh kesedihan, air matanya berderai turun.
Sedetik kemudian, Geumjae tidak tahu, apakah pandangannya mengabur karena tangisnya atau karena kesadarannya telah diambil oleh rasa sakitnya.
•
Kesadarannya kembali lebih cepat sebelum ia bisa membuka mata, cahaya lampu ruangan terasa amat terang dari balik kelopak matanya. Geumjae membiasakan diri dengan cahaya terang tersebut, lantas melihat ruangan rumah sakit dengan bau obat-obatan yang tidak asing.
Sekujur tubuhnya terasa sakit, tubuh bagian atasnya dilapisi perban alih-alih pakaian rumah sakit, kepalanya juga terlilit benda putih itu, jari-jarinya yang patah juga hampir tidak terlihat, tersembunyi di balik perban tebal. Di dahi kanannya juga tertempel kain kasa yang cukup besar, alisnya hampir tertutup.
Rasanya, ia ingin sekali bangkit dan langsung mencari keberadaan Ashley, tapi kalau ia melakukannya, maka seluruh perban yang membuatnya seperti mumi ini tentu jadi sia-sia. Ia hanya bisa menatap kosong ke arah langit-langit, membayangkan bagaimana reaksi Namjoon kalau tahu ia gagal melindungi wanita yang dicintai iblis itu.
Suara gagang pintu yang terbuka membuyarkan lamunannya, Geumjae melihat seorang suster datang untuk mengecek kondisinya. Ketika suster itu melihatnya telah tersadar, ia segera saja keluar untuk memanggil dokter dan kembali bersamanya.
"Sudah sadar, ya," sang dokter mendekat, mengeluarkan stetoskopnya untuk memeriksa detak jantung Geumjae. "Luka-lukanya parah sekali, apa kau baru saja mengalami kecelakaan?"
Geumjae tidak menjawab, matanya mengerjap lemah sekali. "Ash ... ley ..."
"Apa?"
"Ash ... ley ..." suara Geumjae amat lirih dan serak, seperti menahan rasa sakit yang teramat hebat. "Ashley,"
Dokter itu menatapnya heran, ia menoleh ke arah suster di sebelahnya. Sang Suster membisikkan beberapa kata, lalu dokter itu mengangguk paham.
"Perempuan yang kamu cari sedang berada dalam kondisi koma, benturan di kepalanya lumayan keras dan membuatnya kehilangan cukup banyak darah. Kami sudah berusaha sebisa mungkin untuk memberikan penanganan pertama, tapi hanya ini yang bisa kami lakukan,"
Geumjae menghela napas berat, matanya terpejam dengan hati yang terasa amat pedih.
Ia gagal melindungi satu-satunya perempuan yang paling ia sayangi di dunia ini, dan ia telah menyia-nyiakan kepercayaan sahabat terdekatnya yang bagai saudara kandung.
Hari itu, persahabatan ketiganya hancur tak bersisa, meninggalkan Geumjae hidup dengan penuh penyesalan, dan Namjoon yang dibayang-bayangi dendam.
•••
halo semuanya, apa kabar? maaf baru bisa update, ternyata otakku mulai susah lagi menyusun kalimat haha /alasan. karena di chapter ini tidak ada adegan yang membahayakan, jadi aku memutuskan untuk update saja.
cerita tentang geumjae-ashley-namjoon belum selesai di sini ya, tapi aku potong disini supaya kalian tidak terlalu lama menunggu:D
dan maaf kalau chapternya jauh lebih sedikit dari biasanya, karena ... yah, aku lupa cara menulis T.T
stay safe everyone, terimakasih sudah membaca!<3
-ryuu-
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinners [NamJin]
Fanfiction[ S L O W U P D A T E ] Seokjin sudah terlalu lelah untuk terus bertahan hidup, ia hanya ingin semuanya berakhir dengan cepat. Satu langkah lagi, kehadirannya di dunia akan sempurna hilang. Namun, ketika dihadapkan dengan Malaikat Kematian, Seokjin...