•••
Twenty
Menurut perkiraan Seokjin, hari sepertinya sudah hampir malam. Namjoon belum kembali sejak iblis itu meninggalkannya tanpa sepatah katapun di bumi tadi, dan Seokjin mulai khawatir. Biasanya ia akan merasakan sekilas keberadaan Namjoon karena hubungan darah mereka yang sudah menyatu, tapi Seokjin bersumpah ia tidak merasakan apapun saat ini. Sebenarnya Namjoon tidak perlu dikhawatirkan sedemikian rupa, karena yah, dia itu Pangeran Iblis. Siapa juga yang mau repot-repot cari masalah dengan orang sombong sepertinya, kan?
Ketika Seokjin sibuk dengan pikirannya sendiri, yang bimbang haruskah ia mencari Namjoon atau tetap diam di tempat, bayangan Lucifer yang lewat di depan kamarnya membuat Seokjin langsung mendekat.
"Lucifer?"
Setidaknya sekarang Seokjin sudah mulai berani untuk memanggil Lucifer tanpa mendengar suaranya bergetar ketakutan. Jujur saja, akhir-akhir ini Lucifer terlihat sedikit lebih ramah, hanya sedikit saja dari sifatnya yang biasa, meskipun aura kesombongan yang dimilikinya tidak pernah hilang.
Lucifer berhenti ketika mendengar suara Seokjin, ia membalikkan badannya dan menemukan manusia itu terlihat sedikit khawatir.
"Oh, kau sudah berani memanggil namaku dengan lantang begitu?"
Oke, Seokjin menyesali perkataannya yang bilang ia sudah berani.
Lucifer memang akan selalu menakutkan.
"A-ah, tidak," bahu Seokjin merosot, suaranya bergetar. "A-apakah kau melihat Namjoon?"
"Bagaimana bisa aku melihatnya kalau kau saja tidak lihat?"
"Ah ... b-benar juga,"
Lucifer menaikkan sebelah alisnya heran. Manusia di depannya ini benar-benar aneh sekarang. Apa dia bertengkar dengan Namjoon? Kalaupun iya, itu bukan urusannya, kan?
"Kalau kau sudah tidak ingin menggangguku lagi, aku akan pergi sekarang juga dengan senang hati," Lucifer menatap Seokjin sinis.
Seokjin gelagapan sendiri, akhirnya membiarkan Lucifer pergi dengan jubahnya yang berkibar, dan aura kesombongan yang ditinggalkannya membuat Seokjin merasa tertekan. Rasa-rasanya, tadi Lucifer sedang menyindir hubungan mereka berdua.
Setelah menenangkan pikiran, tekad Seokjin akhirnya bulat. Entah kenapa dia punya firasat buruk tentang Namjoon, jadi mau tidak mau ia akan pergi mencarinya. Mengingat kebiasaan Namjoon yang lebih sering berkelana di dunia manusia daripada menjaga Neraka, Seokjin memutuskan untuk memulai pencariannya dari tempat terakhir ia melihat Namjoon, tempat Namjoon meninggalkannya sendirian.
•
Penghuni Neraka yang tinggal di Pride Stage, lantai kekuasaan Lucifer, sedang heboh karena Namjoon yang berjalan-jalan dengan santai di sana. Jarang-jarang Namjoon blusukan begini, biasanya juga Pangeran Iblis itu lebih memilih berbaur dengan manusia, melihat-lihat hal yang jauh lebih berwarna, bukannya menetap di dalam kurungan api berwarna merah.
Namjoon belum kembali bukan tanpa alasan. Dia merasa masih belum siap untuk menemui Seokjin yang baru saja ditinggalkannya, apalagi kalau harus melihat ekspresi kesedihan yang ditampilkan manusia itu. Sungguh, Namjoon tidak akan kuat melihatnya. Ia perlu sedikit waktu untuk bisa bersikap biasa saja di hadapan manusia itu.
"Pangeran Namjoon!"
Beberapa suara terdengar memanggilnya dari jauh, Namjoon berbalik badan dan menemukan sekumpulan elf anak kecil yang berlari menghampirinya. Elf paling depan memeluk sebuah kantung api yang sepertinya berisi beberapa mainan anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinners [NamJin]
Fanfiction[ S L O W U P D A T E ] Seokjin sudah terlalu lelah untuk terus bertahan hidup, ia hanya ingin semuanya berakhir dengan cepat. Satu langkah lagi, kehadirannya di dunia akan sempurna hilang. Namun, ketika dihadapkan dengan Malaikat Kematian, Seokjin...