• 23 : Finding You •

298 53 9
                                    

•••

Twenty Three

"Kau bercanda, ya?" Lucifer bertanya skeptis, menatap dua malaikat di hadapannya dengan penuh kecurigaan.

Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.

Apa?

Namjoon akan melakukan pembunuhan massal?

Melibatkan lebih dari seratus manusia?

Yang benar saja.

Mau bagaimanapun, Namjoon itu tetap anaknya, dan seorang Calon Penguasa Neraka. Tidak mungkin sekali kalau dia sampai melanggar aturan segawat itu.

Yah, akhir-akhir ini memang dia melakukan banyak sekali pelanggaran sampai membuat Lucifer harus memohon pada Rafael agar tidak menghukumnya, sih.

Tapi, pembunuhan massal lebih dari seratus manusia itu sudah merupakan jumlah yang banyak dan bisa membuatnya dihukum mati, kan?

Lalu kenapa Namjoon masih memiliki kemungkinan untuk melakukan itu?

Apakah ada sesuatu yang bisa mempengaruhinya sampai melakukan hal itu?

"Kami tidak bercanda," Ramiel menggeleng, "dan sayangnya kami bukan kaummu yang pendusta."

Lucifer memutar bola matanya kesal. "Lalu, kenapa aku harus percaya padamu?"

"Bukankah kau selalu mempercayai Rafael?" Ramiel menaikkan sebelah alisnya, meledek.

"Hah? Apa maksudnya itu?" Lucifer terlihat sedikit keberatan, kedua alisnya terlihat hampir menyatu. "Kapan aku pernah percaya pada malaikat pengecut itu?"

Dengan santai, Ramiel mengedikkan bahu. "Memangnya aku tidak tahu setiap kau memohon padanya agar tidak menghukum anakmu? Dan kau percaya bahwa dia memang tidak akan menghukumnya, bukan? Apakah itu namanya bukan kepercayaan?"

Lucifer terdiam, kehabisan kata-kata. Ramiel benar-benar menyebalkan hari ini, rasanya ia ingin saja mengeluarkan api hitamnya dan membakar Ramiel langsung di tempat, tapi kekuatan dua malaikat tentu tidak akan sebanding dengan apinya sendirian.

"Cih," Lucifer melipat kedua tangannya di dada, menaikkan dagu. "Jadi, aku harus pergi bersama kalian?"

"Aku yakin kau bisa menghentikan Namjoon sendirian, tapi aku tidak yakin kau bisa menahan dirimu untuk tidak membunuh manusia-manusia malang itu dengan penuh kesombongan,"

Lucifer mendecih sekali lagi.

Ia memeriksa keberadaan Asmodeus, Iblis Hawa Nafsu itu masih memperhatikannya dengan tatapan menggoda yang entah apa artinya. Di sebelah kanan dan kirinya sudah ada dua orang perempuan tanpa busana yang sedang dirangkulnya, dan kedua tangan iblis itu sedang ...

Sudahlah, tidak perlu dibahas. Lucifer jijik melihatnya.

Ia kembali menatap dua malaikat di hadapannya, lalu bergumam menyetujui ajakan mereka beberapa detik kemudian.

"Baiklah, aku akan kirimkan koordinat lokasinya padamu, kita akan bertemu di sana,"

"Heh," Lucifer menatap kesal. "Memangnya dia anak siapa sampai aku tidak bisa melacaknya?"

Ramiel terkekeh pelan. "Maaf, aku lupa. Perbedaan kalian terlalu jauh sampai tidak terlihat seperti keluarga,"

"Oh ya? Aku tidak percaya,"

"Oh, kecuali satu hal," Ramiel membuka portal cahayanya, membuat api Gehenna Gate yang ada di dekat portal itu meredup drastis, hampir padam. "Kalian berdua tentunya sangat mudah kehilangan sifat iblis kalian jika sudah mencintai seseorang,"

Sinners [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang