•••
Forty Two
Namjoon murka. Darahnya seperti mendidih dan terasa begitu panas mengalir dalam tubuhnya. Tampilannya saat ini total iblis, tiap kakinya menapak tanah membuat tanaman di sekitarnya layu. Namjoon hampir tidak memiliki kesadaran saat ini, kecuali untuk menemukan Seokjin.
Ia tidak tahu dimana Seokjin berada, langkahnya terhenti tepat di tempat terakhir kali jejak Seokjin tertangkap radarnya. Di hadapannya adalah komplek perumahan yang masih asri, tapi kehadirannya di sana justru membuat sekitarnya gersang.
Namjoon berjalan lurus ke depan, melewati "pembatas" tak kasat mata yang memblokir radarnya. Kini ia tahu, pasti pengkhianat itu yang telah memasangnya agar Namjoon tidak bisa menemukan Seokjin.
Tidak puaskah ia, sudah merenggut nyawa gadisnya, dan sekarang ingin memisahkannya dengan pasangannya sendiri?
Kejam, kejam.
Prioritasnya berganti dengan cepat. Bukan menemukan Seokjin, tapi balas dendam jadi tujuan utamanya. Kakinya melangkah kasar, menciptakan getaran-getaran kecil seiring dengan pekarangan warga yang makin gosong oleh auranya, bunga-bunga yang layu, dan tanah yang mengering.
Di titik ini, Namjoon tidak lagi kesulitan mengendus aroma yang dia cari. Aroma busuk yang menyengat penciumannya, aroma yang membuatnya naik pitam.
Namjoon selama ini telah berusaha keras untuk melupakan kejadian itu. Kejadian memilukan yang membuat hatinya teramat sakit. Ia sudah lelah mengingat semuanya, ia lelah untuk terus terpaku pada masa lalunya yang pahit.
Namun kenapa takdir seperti selalu menyeretnya kembali dalam pusaran kebencian tanpa henti ini?
Mungkin seharusnya, saat itu Namjoon membunuhnya.
Membunuh sahabatnya sendiri, agar tidak perlu lagi terngiang-ngiang akan pembalasan dendam yang belum sempat dilakukannya.
Agar ia tidak perlu lagi berdebat dengan dirinya sendiri tentang apa yang benar dan salah.
Ternyata tempat itu tidak sejauh perkiraannya. Penghalang yang diciptakan hanya berjarak beberapa rumah dari lokasi makhluk brengsek itu. Namjoon sudah sampai di rumah Geumjae, hanya berjarak sekian meter dari pintu masuknya.
Jantung Namjoon berdegup terlalu cepat sampai rasanya menyakitkan. Semua memorinya bersama Geumjae terputar ulang di otaknya, bagai kaset rusak yang tidak mau berhenti. Perasaannya campur aduk, kedua tangannya mengepal kuat di sisi. Namjoon tidak pernah menyangka bahwa hatinya bisa serumit ini. Meski pikirannya selalu menyuarakan balas dendam, nyatanya ia tetap tak mampu dihadapkan langsung dengan situasi yang memaksanya memilih.
Apa yang harus ia lakukan sekarang?
•
Geumjae dapat merasakan kehadiran Namjoon sejak iblis itu berada tepat di depan penghalang yang ia ciptakan.
Penghalang itu sudah disiapkannya sejak pertama kali ia dan Yoongi pindah ke rumah ini, agar dapat mendeteksi bahaya yang datang mendekat. Apalagi dengan status "buron" Geumjae yang bisa kapan saja mati ditempat karena Namjoon. Akhir-akhir ini, Geumjae terkadang menghilangkan penghalangnya karena Taehyung dan Jimin yang tiba-tiba jadi cukup sering berkunjung untuk menemui Jungkook dan Yoongi. Kedua iblis itu memprotes penghalang yang terasa lumayan mengganggu karena tekanan dari kekuatan fallen-angel miliknya.
Menurut penuturan Jungkook, Taehyung tidak akan datang hari ini. Dan kalau Taehyung tidak datang, besar kemungkinan Jimin juga tidak berkunjung. Oleh karena itu, Geumjae memasang kembali penghalangnya, hanya untuk jaga-jaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinners [NamJin]
Fanfic[ S L O W U P D A T E ] Seokjin sudah terlalu lelah untuk terus bertahan hidup, ia hanya ingin semuanya berakhir dengan cepat. Satu langkah lagi, kehadirannya di dunia akan sempurna hilang. Namun, ketika dihadapkan dengan Malaikat Kematian, Seokjin...