"The rules say our emotions don't comply,"
•••
Four
Seokjin tidak bisa terbang menuju alam mimpi sejengkalpun malam itu, otaknya terlalu penuh dengan semua fantasi dan keajaiban yang tiba-tiba membludak dan mendobrak kencang pemikiran idealis-nya. Hati Seokjin mungkin sudah mati, tapi pemikirannya jelas masih waras. Dia tidak pernah sekalipun mempercayai kehadiran iblis, Lucifer, Mammon, Asmodeus, apapun itu yang pernah Namjoon jelaskan secara singkat. Tadinya ia ingin berpikir bahwa dirinya gila, tetapi seluruh darah Namjoon dalam tubuhnya yang kadang kembali menyengat itu menyadarkannya bahwa semua ini nyata, tidak ada yang mimpi walau hanya sedetik.
Seokjin tahu ia harus tidur. Karena, semakin larut malam terlewat, semakin gila pikirannya bisa membunuhnya. Seokjin terkadang punya suara sendiri dalam otaknya, suara menyebalkan yang bisa membuatnya habis dilahap dalam sekejap. Suara itu selalu muncul saat malam hari, dan akan terdengar semakin keras ketika malam semakin menguasai bumi. Sialnya, Seokjin punya insomnia yang cukup parah. Jadi, hampir setiap malam suara-suara itu mengganggunya dan melahapnya hidup-hidup.
Seperti saat ini, misalnya.
Seokjin sedang menatap bisu pigura foto yang ada di ujung meja ketika tiba-tiba sebuah suara datang menghampirinya.
Bukankah dia tampan?
"Siapa yang tampan?"
Terbiasa membalas sendiri, Seokjin menghela napas kasar. Akan ada saatnya ketika seluruh suara itu mengambil alih otaknya dan membuatnya gila, beberapa menit dari sekarang.
Kau tahu kan, aku ini suara dari hatimu yang paling dalam?
"Kau bukan suara hatiku." Seokjin membantah tegas, membaringkan tubuhnya di kasur Namjoon.
Kau ini bebal sekali.
"Bagaimana mungkin hatiku sekejam itu, mencoba membunuhku hampir setiap malam?"
Hatimu sudah menghitam, Seokjin. Sudah hancur berkeping-keping, layu dan membusuk bersama seluruh kenangan buruk yang diberikan para manusia brengsek itu padamu.
"Diam."
Sudah hampir dimulai. Seokjin tidak ingin menjadi gila di sini, di Neraka.
"Namjoon ..."
Seokjin bergumam lirih, hendak bangkit untuk mencari Namjoon. Setidaknya, Seokjin mulai mengerti jika kehadiran Namjoon bisa membungkam semua suara yang ada di dalam otaknya.
Berhenti mencari Putra Lucifer, Seokjin. Kau hanya akan membuatnya repot.
Seokjin menelan ludahnya sendiri. "Namjoon tidak kerepotan mengurusku. Aku juga tidak meminta diurus olehnya. Aku hanya butuh teman,"
Teman? Hahaha. Kapan terakhir kali aku mendengar kata-kata itu, Seokjin? Kau tidak punya teman; kau tidak akan pernah mempunyai teman.
"Namjoon temanku."
Kau yakin dia menganggapmu teman?
Jangan terlalu berharap, Seokjin.
Dia adalah Putra Lucifer, Iblis Penguasa Neraka. Dia mudah saja jika ingin membuatmu jatuh dalam perangkapnya.
"Kurangajar, diam kau brengsek."
Hei, hei, kau kasar ya?
"Namjoon ..."
Seokjin mulai kehabisan akal. Rasanya suara-suara itu mulai bergema dalam pendengarannya, mengelilinginya dengan brutal. Dia butuh Namjoon, sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinners [NamJin]
Fanfic[ S L O W U P D A T E ] Seokjin sudah terlalu lelah untuk terus bertahan hidup, ia hanya ingin semuanya berakhir dengan cepat. Satu langkah lagi, kehadirannya di dunia akan sempurna hilang. Namun, ketika dihadapkan dengan Malaikat Kematian, Seokjin...