• 9 : Discussion •

528 73 5
                                    

"And if we're sinners, then it feels like heaven to me."

•••

Nine

Bumi, pukul 9 malam.

Namjoon dan Seokjin duduk berdampingan sambil menatap langit kelam yang penuh bintang. Tidak, kali ini tidak ada purnama yang serta-merta menghiasi, seperti ketika malam itu dimana Seokjin memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Suasana sekitar mereka sangat tenang, tapi terdengar sayup-sayup bising kendaraan yang masih berlalu-lalang. Mereka sedang berada di sebuah bukit, duduk menatap ke arah perkotaan dengan hutan gelap berada di belakang mereka.

Namjoon berdeham satu menit kemudian, lantas tertawa dengan canggung. "Aneh sekali, ya?"

"Hm?" Seokjin bertanya. "Apanya?"

"Yah ... kita, seperti ini."

"Benar juga,"

"Haahh ..." Namjoon menghela napas. "Sejak kapan iblis bisa merasakan cinta? Para malaikat keparat itu pasti sedang tertawa mengejek dengan sangat puas,"

Seokjin tidak menjawab, asik memperhatikan kendaraan yang berada jauh di depannya.

Sejujurnya, Seokjin juga tidak tahu sejak kapan dia jatuh cinta kepada Pangeran Neraka di sebelahnya ini. Ketika sadar, Seokjin ternyata sudah benar-benar bersedia untuk memberikan seluruh hatinya kepada Namjoon. Seokjin membenci dirinya yang seperti itu, masih bisa mempercayai orang lain bahkan ketika ia sudah tak punya kepercayaan yang cukup untuk diberikan. Bukankah aneh sekali? Dan Seokjin total benci dengan dirinya sendiri.

Namjoon merebahkan tubuhnya, menikmati dinginnya angin malam sambil memuaskan matanya menatap langit yang penuh bintang itu. Sungguh, indah sekali. Seandainya langit Neraka bisa diubah seperti ini, ia pasti betah berlama-lama keluar dari Demory hanya untuk menatap langit itu.

Ketenangan mereka tiba-tiba harus terganggu atas terbentuknya sebuah portal persis di sebelah mereka, Namjoon langsung bersikap defensif melindungi Seokjin, barangkali akan ada sesuatu yang membuat trauma Seokjin kambuh lagi.

Tenyata Lucifer-lah yang repot-repot membuat portal untuk muncul di hadapan keduanya.

"Tumben sekali," Namjoon berdiri, menatap sinis sekaligus heran. "Apakah kau sudah tidak punya tugas untuk dilakukan, sampai harus membuang waktumu dan muncul di hadapanku?"

"Kasar sekali kau, Namjoon," Lucifer terkekeh.

"Aku hanya bertanya, ayah,"

Lucifer tersenyum mengejek, lantas menatap Namjoon dan Seokjin bergantian.

"Mengapa kau menatapku seperti itu?"

"Bukankah ada sesuatu yang terjadi diantara kalian berdua, Namjoon?"

"Sialan," Namjoon mengepalkan tangannya kencang. "Haruskah lagi?"

"Sejak ada manusia itu, kau membuatku harus mengurus banyak sekali laporan pelanggaran tentangmu, tahu?"

"Apakah kali ini dia juga akan diberi hukuman?"

Lucifer mengedikkan bahu tidak jelas, sambil masih memasang wajah penuh kesombongannya. "Kau tidak akan bisa menjadi Penguasa Neraka kalau terus begini, anakku."

"Itu bukan urusanmu!"

"Oh ya?"

"Aku akan jadi Penguasa Neraka yang bahkan lebih hebat darimu, Lucifer."

Lucifer berbalik badan, membuat portal lagi. "Kutunggu kau di Demory, Namjoon."

Setelah Lucifer sempurna menghilang, Namjoon meninju pohon di dekatnya dengan kekuatan penuh, pohon itu tumbang seketika.

Sinners [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang