• 16 : Meet •

397 57 4
                                    

"So let's be sinners to be saint,"

•••

Sixteen

"Jadi, kau pernah membuat janji dengan mereka?" Seokjin menyuarakan isi pikirannya, tidak peduli dengan Namjoon yang sudah mengalihkan perhatian. "Apakah perjanjian itu penting sekali sampai membuatmu dendam?"

Namjoon menghela napas, memijit keningnya pelan. Seokjin bisa jadi benar-benar menyebalkan di saat-saat tertentu, tahu? "Aku sangat tidak ingin membahasnya sekarang, Tuan Kim Seokjin yang Terhormat,"

"Tapi aku penasaran, Pangeran Neraka yang Sok Tahu,"

"Tidak ada yang menyuruhmu untuk penasaran, omong-omong," Namjoon melirik sebal. "Dan aku tidak sok tahu,"

"Tidak ada juga yang menyuruhmu untuk membuatku penasaran. Itu salahmu sendiri,"

"Mana kutahu kalau kau jadi penasaran?"

Seokjin terdiam. Benar, dia tidak tahu.

"Ha! Kau kalah," Namjoon tersenyum sombong. "Nah, mau mendebat apalagi, Tuan Muda?"

"Siapa yang Tuan Muda, hah?"

"Tuan Muda Kim Seokjin,"

"Diam."

Namjoon terkekeh mendengarnya, ia fokus lagi ke jalanan. Seharusnya, kalau dugaan dan radar iblisnya tidak salah, Jimin dan Taehyung berada di lokasi kecelakaan itu, tempat dimana ia menemukan banyak sekali peccus yang terombang-ambing menyedihkan tanpa pemilik. Tempat dimana ia, untuk pertama kalinya setelah jangka waktu yang panjang sejak kejadian itu, bertemu lagi dengan seorang fallen-angel menyedihkan yang sedang terluka.

Ah, kalau saja saat itu Taehyung dan Jimin tidak ada di sana, ia bisa langsung membunuh makhluk itu tanpa tersisa lagi bekasnya ...

"Hei, Namjoon,"

"Hm?"

"Apa saja yang kau tahu tentangku?"

Namjoon mengedikkan bahu, "hampir semuanya."

"Bagaimana bisa? Kau stalker, ya?"

"Mana ada iblis yang jadi stalker. Bangunlah dari mimpimu, Tuan Muda Kim Seokjin,"

"Berhenti memanggilku begitu!" Seokjin kesal. "Tidak ada alasan yang lebih masuk akal, kan, selain kau jadi stalker?"

"Memangnya seluruh hal yang terjadi diantara kita sekarang ini masuk akal bagimu, Tuan Mud—"

"Baiklah, baiklah! Sudah, diam!"

Namjoon terkekeh. "Asal tahu saja, hampir seluruh penghuni Neraka mengenalmu. Kau itu seperti selebriti di sana, tahu,"

"Hah?"

"Aku tidak akan mengulangi kata-kataku,"

"Terserah!"

Seokjin akhirnya diam, ia sempurna kesal dengan jawaban-jawaban yang Namjoon berikan. Hampir semuanya tidak informatif, kecuali ucapannya yang bilang bahwa ia terkenal. Yah, sepertinya Seokjin harus mengobservasi Neraka lebih dalam lagi.

Namjoon berhenti tepat di seberang sebuah jurang di antara tikungan. Ia memastikan keadaan sekitar. Yakin bahwa tidak ada manusia yang berada dekat dengan mereka atau akan lewat, ia kemudian membuka sayapnya, bersiap terbang.

"Mau kem—"

Tanpa permisi, Namjoon melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Seokjin, ia mengepakkan sayapnya. Mereka terbang dengan anggun menuju ke dasar jurang. Pipi Seokjin merona, ia bisa melihat wajah Namjoon dengan jelas sekali dari jarak sedekat ini. Tulang pipi yang tegas, tatapan penuh kesombongan yang terlihat sangat berkuasa, sorot mata yang dalam dan memabukkan. Napas Namjoon terasa hangat, menggelitik pipi kanannya. Jantungnya berdebar lebih kencang, ia mati-matian menenangkannya.

Sinners [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang