• 24 : Failure [M-] •

542 56 9
                                    

•••

Twenty Four

Semakin dekat dengan lokasi, Namjoon mulai merasakan keanehan.

Ia merasa sudah berjalan jauh sekali, tapi tidak ada satu manusia pun yang menghampirinya, atau bahkan sekedar tercium aromanya. Tidak mungkin kan, hutan dengan gerbang yang diberi penjagaan ketat dan brutal ini tidak memiliki penjaga lainnya?

Namjoon mulai mengendus lagi, dan ia lebih terkejut ketika mendapati aroma Lucifer datang dari depannya, bersamaan dengan dua aroma lain yang jarang dijumpainya.

Aroma dua malaikat.

"Apa-apaan ini ..."

Namjoon mempercepat langkahnya, dan tanpa perlu waktu panjang, ia melihat ayahnya berdiri beberapa meter di depan sana dengan aura kesombongannya yang biasa. Kedua tangannya terlipat di depan, dada dibusungkan, dan kepala dinaikkan. Lucifer tersenyum sinis menatap Namjoon.

"Mau apa kau disini, hah?" Namjoon berteriak kesal, tubuhnya membara seketika. "Aku tidak ingin bertemu denganmu sekarang, ayah, jadi aku akan sangat senang kalau kau kembali ke Neraka sekarang juga."

"Oh, begitu?" Lucifer menaikkan sebelah alisnya. "Aku juga tidak ingin melihatmu membantai manusia yang ada di sini, Namjoon, jadi aku akan sangat senang kalau kau kembali ke Neraka sekarang juga,"

Namjoon mengepalkan kedua tangannya.

Ia sudah berjalan mencari Seokjin dengan hanya mengandalkan indera penciuman dan wujud bayangan manusia itu yang samar-samar, menghabiskan staminanya untuk membuat portal dan sebuah manusia buatan, jauh-jauh dari Neraka untuk sampai di tempat ini, hanya untuk menemukan Lucifer menghalanginya tepat di depan lokasi tujuannya?

Yang benar saja!

Ia tidak akan menyerahkan Seokjin begitu saja.

Apapun yang terjadi, ia harus menyelamatkan Seokjin secepat mungkin.

Namjoon mengangkat tangannya, mengeluarkan sebuah bola api. Ia tahu ia tidak akan pernah bisa menang melawan ayahnya, tapi ia akan menyesal kalau tidak mencoba apapun, meski akan langsung gagal bahkan sebelum memulai percobaan pertama.

Sebelum Namjoon sempat melakukan apapun dengan bola apinya, Rafael dan Ramiel muncul dari tempat persembunyian mereka. Keduanya berdiri di depan Lucifer, menghalangi Namjoon dari meluncurkan apinya kepada Lucifer.

Namjoon membelalakkan matanya, kaget melihat dua malaikat muncul entah dari mana dan melindungi ayahnya.

Pantas saja sepanjang perjalanan ke sini dari gerbang, ia tidak menemukan sesosok manusia pun. Pasti mereka yang menyingkirkan para manusia itu dari jalannya.

"Oh, jadi kau sekarang bekerjasama dengan malaikat, ayah?" Namjoon berusaha mengontrol amarahnya yang makin menjadi dengan membangkitkan sifat sombongnya, berharap agar kesombongannya itu bisa menekan emosinya.

Tentunya ia harus bisa menjaga image-nya di hadapan para malaikat, bukan?

Pasti memalukan sekali kalau malaikat sampai tahu bahwa Namjoon yang seorang iblis itu bisa ambyar juga.

"Tunggu sebentar," Ramiel tersenyum ramah, berusaha menenangkan Namjoon yang berapi-api, dalam artian sesungguhnya. "Kami tidak ingin ada pertumpahan darah di sini, Namjoon, jadi kami datang untuk mencegahmu melakukannya,"

"Hah?" Namjoon menatap heran. "Apanya yang pertumpahan darah?"

"Mengapa kita tidak masuk saja dan mencari tahu apa maksud ucapanku?"

Namjoon hendak menolak, tapi tiba-tiba Lucifer berdeham pelan sambil mengeluarkan api hitamnya.

Api hitam mengerikan yang tentu saja bisa membuat Namjoon amat kesakitan.

Sinners [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang