•••
Twenty Seven
Lucifer datang dalam diam, langkahnya amat tenang namun masih memancarkan aura kesombongan. Ia menatap Namjoon yang tubuhnya masih berapi-api dengan tatapan datar. Meski hanya sekilas, Jimin yakin ia menangkap sebuah rasa kesedihan melintas di kedua mata Lucifer.
"Oi sialan, aku menyuruhmu untuk memadamkan api itu, bukan membesarkannya!" Taehyung kembali berteriak penuh emosi, melihat Namjoon yang apinya tidak kunjung redup.
Telinga Namjoon sedang benar-benar tuli, ia tidak bisa mendengar atau bahkan menuruti perintah Taehyung. Suara adiknya itu hanya terdengar seperti dengungan lalat, mengganggu tapi ia tidak menggubrisnya.
Lucifer sudah berada tepat di belakang Namjoon, dengan hanya berjarak beberapa senti dari api yang membara di tubuh anaknya. Tatapannya lurus, ia menanti Namjoon berbalik badan.
"Namjoon,"
Suara Lucifer berat dan penuh penekanan, pertanda bahwa kalimat yang akan keluar dari mulutnya adalah mutlak dan tidak bisa dibantah.
Namjoon masih tidak bergerak, tubuhnya yang terbakar itu seperti terpaku di tanah, tatapan matanya kosong seperti orang mati.
Melihat bahwa dengan memanggil saja tidak membuat api Namjoon mengalami perubahan, Lucifer akhirnya juga mengeluarkan api dari tubuhnya dan menyalurkan beban pada api itu, semacam membuatnya memerintahkan api Namjoon untuk mereda.
Cara itu rupanya menimbulkan pengaruh yang cukup signifinkan, api besar Namjoon meredup drastis dan menyisakan percikan-percikan kecil yang muncul dari kedua bahu dan sekujur tangannya.
Namjoon mulai tersadar dari lamunannya, ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan membalikkan badan.
Tatapan mereka berdua terkunci selama beberapa detik, sebelum tiba-tiba api di tubuh Namjoon hilang dan badannya ambruk seketika.
Lucifer tahu, api yang muncul karena emosi yang tidak stabil pasti akan kembali meledak meski sudah sempat tenang. Sebelum hal itu terjadi, ia diam-diam mengunci api Namjoon dengan api hitamnya melalui tatapan mata, dan lagi-lagi Namjoon harus pingsan karena tidak kuasa menahan api hitam Lucifer yang terlampau kuat.
Lucifer menatap nanar Namjoon yang pingsan di tanah sejenak, sebelum kemudian feropius miliknya keluar dari tubuhnya dan melingkupi Namjoon, lantas mengikuti tuannya untuk kembali ke Demory.
•
Rafael duduk termenung dengan tatapan kosong di singgasananya. Beberapa kali helaan napas lelah terdengar dari mulutnya, tarikan napas yang mengindikasikan betapa pasrahnya malaikat itu saat ini.
Ia tahu ia melanggar peraturan, dengan membantu Lucifer dan Namjoon menyelamatkan Seokjin. Tetapi, dengan perbuatannya itu, bukankah korban jiwa yang jatuh menjadi semakin sedikit?
Bukankah itu merupakan suatu hal yang benar?
Ia juga paham atas kemarahan adiknya, mengapa Uriel sampai sebenci itu pada Namjoon dan Lucifer.
Sejatinya, Rafael bisa merasakan dengan jelas, ada sebuah perasaan iri yang muncul di dalam hati Uriel.
Iri karena Lucifer tetap menjadi satu-satunya malaikat terkuat yang kemudian dijatuhkan ke Neraka.
Kalau saat itu Lucifer tidak menantang Tuhan dan berlaku selayaknya malaikat biasa, Uriel tidak akan diangkat menjadi 7 Malaikat Utama dan berdiri di samping mereka semua.
Rafael bisa membaca hati adiknya, yang sangat ingin memposisikan Lucifer dalam sorotan mutlak bersalah agar tidak ada peluang bagi iblis itu untuk kembali merebut posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinners [NamJin]
Fanfiction[ S L O W U P D A T E ] Seokjin sudah terlalu lelah untuk terus bertahan hidup, ia hanya ingin semuanya berakhir dengan cepat. Satu langkah lagi, kehadirannya di dunia akan sempurna hilang. Namun, ketika dihadapkan dengan Malaikat Kematian, Seokjin...