•••
Forty
[TW // Suicide]
Pagi ini, lantai Lucifer sesak dipenuhi oleh makhluk Neraka. Bahkan dari kamarnya, Seokjin dapat mendengar sayup-sayup suara ramai dari luar Demory. Seokjin yang baru terbangun mendapati Namjoon sudah rapi dalam balutan jubah hitam berkerah semerah darah menjuntai panjang hingga menutup kakinya.
"Mau ikut?" Namjoon bertanya tanpa menoleh, entah menatap apa.
Seokjin terduduk bingung, ia tidak tahu apapun tentang hal ini. Sepertinya Namjoon memang belum pernah memberitahunya. "Ada apa?"
"Perayaan tahunan Neraka, Eternal Abyss," Namjoon mengusap jubahnya, merapikan bagian-bagian yang terlihat agak kusut.
"Apa yang kalian rayakan? Tahunan?"
"Perayaan turunnya Lucifer ke Neraka," suara Namjoon mengecil, seperti tidak ingin siapapun mendengarnya. "Perayaan Lucifer yang dijatuhi hukuman menjadi Iblis,"
Seokjin bergidik ngeri, "Kurasa itu bukan hal yang perlu dirayakan,"
"Bukan bagimu, tentu saja," Namjoon mendengus pelan, Seokjin merasa hampir bisa melihat senyum sinis menyebalkannya. "Ikut, tidak?"
Memikirkan hal lain, Seokjin menggeleng, "Tidak tertarik,"
Namjoon hanya mengedikkan bahunya tidak peduli, kemudian keluar dari kamarnya. Memastikan Namjoon sudah pergi dan tidak ada yang memperhatikan, tangannya diam-diam bergerak membuat portal untuk pergi.
•
Geumjae ingin mati.
Rasanya begitu tersiksa melihat teman tersayangnya terbaring lemah tak berdaya, dengan berbagai macam alat menempel di tubuhnya. Napasnya patah-patah yang terkadang hampir hilang, nyawa Geumjae seperti turut ditarik tiap mesin penanda berjalannya jantung Ashley menampilkan garis datar.
Geumjae ada di sana.
Ia selalu ada di sana, di setiap vonis mengerikan dokter yang selalu terasa bagai hukuman mati.
Ashley-nya ... harus melanjutkan hidup yang penuh derita.
Tanpa kedua matanya, dan tanpa ingatannya.
Amnesia Retrogade. Melupakan ingatan yang baru terbentuk. Naasnya, dimulai beberapa hari dari sebelum Namjoon dan Geumjae bertemu Ashley.
Ashley tidak lagi mengenali Namjoon dan Geumjae. Tidak lagi mengetahui bahwa mereka telah menempel erat ke mana-mana. Tidak lagi memiliki kenangan berisi momen-momen indah mereka. Semua itu telah hilang, digantikan senyuman Ashley yang tak pernah lagi terlihat.
"Ash ... ini aku, Geumjae. Apa kau ingat?" Geumjae duduk di sebelah ranjang Ashley sambil menggenggam tangan gadis itu erat. Mencoba menyalurkan kehangatan semu yang coba diciptakannya.
Hanya keheningan yang menyambut pertanyaan putus asa Geumjae, disusul gelengan lemah dari gadis itu kemudian. Tatapan matanya yang kosong hampir terasa seperti ia tak lagi ada di sana.
Air mata menuruni pipi Geumjae. Ia mencoba menghapusnya, sekali, dua kali, berkali-kali, namun tak kunjung berhenti.
Berhari-hari Geumjae mendatangi Ashley, menanyakan hal yang sama, dan selalu mendapat jawaban yang sama. Hatinya sesak tak terbayangkan, merasakan harapnya musnah dalam sekejap.
Geumjae dapat mengamati perubahan Ashley dari hari ke hari kedatangannya. Ashley yang tadinya masih mengukir senyuman tipis, mencoba untuk memulai hidup baru dengan menerima kondisinya, namun tiap hari juga Geumjae datang dan menghancurkan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinners [NamJin]
Fanfic[ S L O W U P D A T E ] Seokjin sudah terlalu lelah untuk terus bertahan hidup, ia hanya ingin semuanya berakhir dengan cepat. Satu langkah lagi, kehadirannya di dunia akan sempurna hilang. Namun, ketika dihadapkan dengan Malaikat Kematian, Seokjin...