•••
Twenty Six
Namjoon melepaskan pelukannya, Seokjin sudah tenang meski raut mukanya masih terlihat menahan sakit. Seokjin menggenggam erat lengan Namjoon, seperti takut akan terpisah lagi.
"Jadi?" Lucifer bersuara, menatap Rafael dan Ramiel yang melongo melihat adegan peluk-pelukan Namjoon dan Seokjin. "Apakah kalian bisa pergi sekarang?"
Ramiel mengerjapkan matanya beberapa kali, terdiam sejenak untuk memikirkan keputusan yang akan ia ambil. Tatapannya masih tertuju ke arah Namjoon yang kini sedang melapisi tubuh polos Seokjin dengan jubah hitamnya yang besar, cukup untuk menyembunyikan kulit putihnya yang penuh memar.
Namjoon menoleh, tanduknya masih mencuat dari kepala meski ekor dan sayapnya sudah hilang. "Apa kalian masih tidak ingin memberi penjelasan, mengapa kalian bekerjasama?"
Ramiel mengedikkan bahunya pelan. "Kita tidak benar-benar bekerjasama, kalau kau mau tahu,"
"Kau pikir aku percaya?" Namjoon memutar bola matanya malas, tangan kanannya masih mendekap erat pinggang Seokjin. "Aku sudah lelah mempercayai kalian, dasar malaikat busuk!"
"Yah, kami juga tidak menyuruhmu untuk percaya, sih,"
Namjoon berdecak pelan mendengar ucapan Ramiel yang datar, tangannya lalu membuat sebuah portal. "Sudahlah, aku tidak peduli."
Namjoon dan Seokjin menghilang ke dalam portal, mereka kembali ke Neraka.
Sesaat setelah portal tertutup, Lucifer juga hendak pergi tapi Ramiel menahannya.
"Apa lagi? Bukankah kau sudah melihatnya sendiri, Namjoon tidak melakukan apapun?"
Ramiel menunjuk pria gendut yang pingsan itu dengan dagunya. "Kita harus melakukan sesuatu tentang ingatannya."
Lucifer berdecak pelan, tapi tetap melangkah mendekati pria itu.
Ia mengangkat tangannya, menghadapkan telapak tangannya tepat di wajah si pria gendut, lalu mengucapkan beberapa mantra. Dari telapak Lucifer muncul sebuah cahaya merah yang membalut kepala pria itu seperti helm, lalu cahaya itu menghilang setelah beberapa detik.
"Nah, sudah, ya. Tolong jangan ganggu aku lagi," Lucifer membuat sebuah portal di sebelahnya, ia menatap Ramiel dan Rafael datar. "Dan jangan harap aku akan berterima kasih karena kejadian hari ini."
Ramiel hanya bisa menghela napas setelah Lucifer menghilang.
•
Sudah seminggu berlalu setelah kejadian Seokjin diculik.
Bukannya membaik, kondisi Seokjin justru makin memburuk. Kenangan-kenangan kelamnya kembali menghantui berkat peristiwa pemerkosaan yang dilakukan oleh pria gendut kemarin.
Seokjin berubah total, mulutnya terkunci rapat dan tubuhnya akan gemetar hebat tiap Namjoon pergi dari sisinya.
Selama satu minggu ini, Namjoon sudah berusaha sebisa mungkin untuk menyembuhkan trauma Seokjin dengan segala cara yang diketahuinya. Mulai dari mengajaknya jalan-jalan ke Bumi yang ternyata memperparah trauma laki-laki itu, membawanya menjelajahi Neraka yang disambut dengan muka datar tanpa minat, sampai menariknya ke Gehenna Lake untuk berendam yang berakhir dengan Seokjin pingsan karena kepanasan.
Bagaimanapun, Seokjin hanyalah iblis setengah manusia, meski ia memang mendapatkan kekuatan istimewa, tetap saja tubuhnya tidak terbuat dari api.
Entah Namjoon bodoh atau ia terlalu putus asa karena segala cara yang dilakukannya tidak membawa pengaruh yang berarti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinners [NamJin]
Fiksi Penggemar[ S L O W U P D A T E ] Seokjin sudah terlalu lelah untuk terus bertahan hidup, ia hanya ingin semuanya berakhir dengan cepat. Satu langkah lagi, kehadirannya di dunia akan sempurna hilang. Namun, ketika dihadapkan dengan Malaikat Kematian, Seokjin...