• 7 : Love •

692 84 7
                                    

"And let's be winners by mistake,"

•••

Surga, Rainbow Garden.

Ketujuh malaikat itu saat ini sedang berkumpul di Rainbow Garden yang terletak di lantai kekuasaan Mikhael. Taman itu sungguh lengkap dengan koleksi bunganya, lebih lengkap dari taman bunga manapun di dunia. Semua jenis bunga dan tumbuhan dari yang aman maupun berbahaya, dari yang berbau harum sampai berbau busuk, dari yang terlihat anggun sampai yang terlihat buruk rupa, semuanya ada di sana. Ajaibnya, tempat itu mengeluarkan semua aroma harum para bunga, dan aroma busuknya tidak tercium sedikitpun. Semua tumbuhan itu ditanam sesuai urutan warna pelangi, dari merah hingga merah muda. Karena itulah, taman ini disebut Rainbow Garden.

Mereka bertujuh sedang bercengkrama santai, melepas penat sejenak dari tugas-tugas mengurus para arwah yang setiap detik selalu berdatangan. Lagipula, yang benar-benar datang juga manusia dari wilayah itu-itu saja. Sisanya? Harus Rafael lempar ke Neraka karena dosanya terlalu banyak dan harus ditangani Lucifer dan anak buahnya.

Malaikat itu tidak akan pernah bisa bekerja sendiri. Mereka butuh iblis dalam pekerjaannya, sekalipun mereka saling bermusuhan. Tuhan sudah menciptakan mereka secara berdampingan, dan Rafael tidak bisa memaksa mengambil alih seluruh tugas yang tidak bisa ia kerjakan. Dia itu malaikat, bukan Lucifer yang terlampau sombong sampai dikeluarkan dari Surga dan justru jadi pemimpin Neraka.

"Hei, Ramiel?"

Yang dipanggil menoleh dan tersenyum ramah, perwujudan sikap baik hati yang diwakilinya. "Iya?"

Gabriel, terlihat agak ragu dan sempat urung bertanya. Ia menatap Ramiel sejenak, hendak melihat ekspresi yang dikeluarkan kakaknya itu. Ramiel masih mempertahankan senyumannya, tidak luntur sejengkalpun. Gabriel menghela napasnya, kemudian bertanya.

"Kenapa kau membebaskan Namjoon?"

Saudaranya yang lain sudah menoleh, bahkan Rafael juga, hendak berkata bahwa hal itu tidak akan mereka bicarakan lagi. Sudah jadi peraturan tidak tertulis bahwa apapun keputusan yang telah mereka perbuat untuk mengadili para iblis yang kelewatan batas itu adalah keputusan mutlak dan mereka dilarang membicarakannya lagi. Menurut Rafael, adik-adiknya itu terkadang suka merasa kasihan dan iba terhadap para iblis, karena merasa hukuman yang mereka berikan terkesan terlalu mengerikan. Maka dari itu, Rafael memutuskan untuk membuat sebuah peraturan lisan tentang itu. Rafael tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi.

Rafael tidak ingin melihat amarah yang sama seperti yang pernah ditunjukkan oleh Namjoon bertahun-tahun lalu terulang lagi, karena ketujuh malaikat mulia itu melakukan sebuah kesalahan.

Ramiel mempertahankan senyumannya.

Hening selama beberapa saat, Gabriel hendak menarik kembali ucapannya dengan muka penuh penyesalan ketika Ramiel menepuk pelan kepalanya penuh kasih sayang.

"Karena," Ramiel meneguhkan hati, bersiap untuk menjelaskan hal penting pada adiknya yang selalu penasaran itu. Senyuman manisnya belum hilang. "Namjoon melanggar peraturan untuk melindungi duobus-nya,"

"Dan sejak kapan iblis boleh memiliki duobus?"

"Sejak dahulu tidak ada peraturan yang melarang hal itu, Gabriel. Semua makhluk ciptaan Tuhan berhak merasakan cinta, dari siapapun dan kepada siapapun. Tidak boleh ada makhluk lain yang mencampuri urusan itu, karena definisi dan penjabaran kasih sayang dan cinta terlalu luas untuk diterjemahkan, tidak ada yang bisa mengetahui perasaan itu kecuali dirimu sendiri," Ramiel masih tersenyum. "Paham, Gabriel?" 

Gabriel ingin sekali menyudahi percakapan ini, tapi dia benar-benar penasaran. "Memangnya iblis bisa merasakan cinta? Bukankah iblis itu makhluk paling tidak berperasaan di seluruh dimensi, makhluk paling kejam di seluruh dimensi? Bagaimana mungkin mereka bisa merasakan cinta? Bahkan Lucifer, Leviathan, Mammon, dan Asmodeus tidak membutuhkan sosok ibu untuk menciptakan keturunan. Mereka membentuk Namjoon, Taehyung, Hoseok, dan Jimin dari sebuah bola api tanpa hati nurani, lantas, bagaimana seluruh perasaan cinta yang suci itu bisa muncul di hati para pendosa seperti mereka?" dahi Gabriel berkerut saking bingungnya. "Aku tidak percaya, Ramiel,"

Sinners [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang