•••
Thirty Two
Namjoon hanya bisa pasrah dan mengerjakan tugasnya sambil bersungut-sungut dalam diam, sibuk memaki dan membenci ayahnya sendiri yang telah membuat rencana liburannya batal.
Sebenarnya bisa saja ia memilih pergi secara diam-diam dan langsung berteleportasi ke tempat teman-temannya berada, tapi kekuatan Lucifer yang bisa membuatnya menjadi setengah hidup itu terlalu menakutkan untuk dijadikan percobaan.
Seisi penghuni Neraka yang secara apes berpapasan dengannya di jalan hari itu hanya bisa meminta ampunan ketika Namjoon membakar tubuh mereka secara tiba-tiba demi meluapkan kekesalannya.
Meski tidak mati, tentu tetap menyakitkan rasanya.
Namjoon sempurna tertahan di Neraka, tidak ada celah sedikitpun untuk pergi karena ia tahu Lucifer selalu mengawasinya.
•
Pagi itu ketika Geumjae terbangun dan tidak mendapati Namjoon di rumahnya, ia tidak bisa memikirkan apapun selain Namjoon yang sudah lebih dahulu pergi menemui Ashley, atau Namjoon yang mendadak dipanggil ke Neraka.
Ketika ia akhirnya berangkat untuk menjemput Ashley dan teman-temannya dengan mobil, ketidakhadiran Namjoon di sana menandakan dugaan keduanya benar.
Sesuatu pasti telah terjadi di Neraka, dan Namjoon diharuskan untuk ada di sana.
Nah, baiklah.
Alasan konyol macam apa yang akan ia berikan pada Ashley untuk menjelaskan absennya Namjoon di hari penting ini?
Pintu rumah terbuka, menampakkan Ashley dan ketiga temannya yang sudah siap berangkat. Geumjae turun dari mobilnya untuk menyapa mereka terlebih dahulu.
"Hei, Geumjae!"
"Hei, Ash," Geumjae mengulurkan tangannya, membantu memasukkan barang-barang Ashley dan teman-temannya ke bagasi.
"Dimana Namjoon?" mata Ashley melirik sekitar, mencoba menemukan batang hidung Namjoon yang biasanya hadir dengan aura mencekam yang tidak bisa dijelaskan. "Dia tidak ikut?"
Geumjae mengedikkan bahunya, "Sepertinya ia ada urusan mendesak,"
"Hm? Tidak biasanya," Ashley bergumam pelan, sedikit heran karena Namjoon yang kerjaannya hanya mengganggunya dan mengikuti Geumjae itu bisa sibuk juga.
Selama beberapa menit, Ashley masih memandangi jalan yang tadi dilalui Geumjae untuk ke rumahnya, diam-diam berharap bahwa Namjoon akan tiba-tiba muncul dari sana dengan muka sombongnya yang menyebalkan dan tatapan sinisnya.
Tapi tidak, sepuluh menit Ashley berdiam dan tetap tidak ada jawaban.
"Yah, baiklah! Sepertinya kita harus berangkat sekarang," ujarnya sambil tersenyum riang, lantas kakinya melangkah masuk ke mobil.
Geumjae tahu Ashley sedih, karena mau sehebat apapun gadis itu menyembunyikannya, ia selalu menyadari tatapan penuh cinta yang sering Ashley lemparkan kepada Namjoon.
Hanya Geumjae yang tahu, bahwa kedua makhluk itu saling mencintai dalam diam, dan mereka tidak bisa melakukan apapun untuk membuatnya berbalas.
•
Mereka sampai di kawasan Gunung Halla pada sekitar pukul 10 waktu setempat, kelimanya langsung bersiap-siap untuk mendaki. Untung saja saat ini bukan musim panas, jadi cuaca tidak terlalu panas maupun dingin.
Benar-benar suasana yang tepat untuk menikmati gunung di pagi hari.
Mereka mendaki dengan riang, suara tawa beberapa kali terdengar menandakan kegembiraan mereka yang akhirnya bisa liburan setelah minggu-minggu perkuliahan yang berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinners [NamJin]
Fanfic[ S L O W U P D A T E ] Seokjin sudah terlalu lelah untuk terus bertahan hidup, ia hanya ingin semuanya berakhir dengan cepat. Satu langkah lagi, kehadirannya di dunia akan sempurna hilang. Namun, ketika dihadapkan dengan Malaikat Kematian, Seokjin...