• 43 : Seeking Help •

94 11 0
                                    

•••

Forty Three

Namjoon tidak tahu siapa yang ia harapkan untuk muncul di balik rumah bercat ungu pastel itu. Apakah pasangannya yang sedang ia cari? Atau justru sahabatnya yang membuatnya dihantui pembalasan dendam?

Ia tidak bisa berbohong bahwa hatinya merasa lega kala melihat sosok Seokjin yang muncul.

Matanya memperhatikan bagaimana Seokjin bergerak kikuk dengan hati-hati, menutup pintu dengan teramat pelan, dan berdiri canggung dengan senyum yang dipaksakan. Tangan Seokjin bergerak patah-patah untuk memberikan lambaian padanya, meski gerakannya lebih terlihat seperti robot.

"H-h-hai, N-Namjoon. K-kau ... menemukanku! Haha ..."

Seokjin merutuki dirinya sendiri setelah meloloskan pertanyaan paling bodoh yang bisa dipikirkannya saat ini. Melihat Namjoon tidak bergeming, dengan penampilan iblisnya yang mengerikan, Seokjin bersusah payah memutar otaknya untuk mencari alasan mengajak Namjoon pergi dari tempat itu.

Ketika hendak melangkah, Seokjin baru menyadari betapa gemetaran dirinya saat ini. Jantungnya berdegup amat kencang sampai ia takut akan meledak. Pandangan matanya mulai mengabur karena air mata, situasi yang terlalu tegang ini membuat pikirannya kemana-mana sampai ingin menangis saja rasanya.

Namjoon masih diam di tempatnya, tidak bergerak barang sesenti, tak henti berdebat dengan dirinya sendiri. Apakah yang harus ia lakukan sekarang? Berapa banyak perasaannya untuk Seokjin yang nyata sampai dapat menghentikan dirinya dari pembalasan dendam? Apa yang akan terjadi jika ia menuruti sifat iblisnya dan mengamuk saat ini?

Seokjin memaksa dirinya mati-matian. Hanya untuk melangkah. Setapak demi setapak yang terasa bagai dirantai. Senyumnya bahkan tak lagi berbentuk, wajahnya saat ini hanya menunjukkan perasaan takut yang luar biasa.

Masih dengan usahanya untuk menghampiri Namjoon, sekelebat bayangan dari jendela membuyarkan konsentrasi Namjoon terhadap Seokjin. Bagai disambar petir di siang bolong, Namjoon kembali teringat alasan kenapa ia ada di sini.

Kedua tangan Namjoon mengepal kuat di sisi badan, percikan api muncul di sekitarnya. Melihat hal itu, gerakan Seokjin terhenti mendadak dan kakinya bergetar lebih parah lagi.

"Dimana ... Geumjae?"

Suara itu.

Suara sedalam samudera yang menusuk tepat di ulu hati. Yang lantas membuat Seokjin tak kuat lagi berdiri dan jatuh terduduk di kaki sendiri.

"S-S-Siapa ... Namjoon ...?" Seokjin berusaha bangkit, namun usahanya sia-sia. Tubuhnya tak mau berkompromi untuk sekedar melindungi orang lain. "Aku tidak ... tahu?"

Kesalahan besar, Namjoon justru makin murka. Api di tubuh Namjoon membara makin hebat, sempurna membalut tubuhnya dari ujung kepala sampai kaki. Tangan Namjoon terulur ke udara, membuat Seokjin yang terduduk tiba-tiba ikut terangkat sejalan dengan gerakan tangannya.

"Namjoon, tunggu! Apa yang kau— Ack!"

Tenggorokan Seokjin tercekat. Rasanya seperti dilingkari kawat berduri yang membuatnya tergores tiap ia mencoba bergerak. Ketika ia berusaha mencari dari mana datangnya rasa sakit itu, matanya menangkap tangan Namjoon yang dari kejauhan seperti sedang bergerak mencekik lehernya.

"A ... pa?" Seokjin tidak mempercayai apa yang dilihatnya. Namjoon memiliki kemampuan telekinesis, menggerakkan sesuatu tanpa menyentuhnya. Saat ini, iblis itu sedang menggunakannya untuk mengangkat Seokjin ke udara dan mencekiknya kencang. "N-Namjoon ..."

Kedua mata Namjoon gelap total. Ia tak lagi sadarkan diri, hati nuraninya tenggelam jauh tersembunyi. Yang ada di hadapan Seokjin saat ini adalah wujud nyata Iblis Kesombongan, sosok hitam mengerikan yang memegang jabatan sebagai Pangeran Neraka.

Sinners [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang