12

212K 6K 138
                                    

Tripel up yuhuuuu....


Dibaca besok aja jangan begadang oke


















Flashback...

Dua puluh tahun yang lalu.


Seorang laki-laki sedang duduk di depan sebuah kamar rawat pasien, laki-laki itu menunduk dengan wajah yang ditutupi dengan kedua tangannya.
Lelaki itu tengah menangis tanpa suara.

"Tuan Rudi,"panggil Herman sembari memegang pundak laki-laki yang di panggil Rudi itu.

Pria yang sedang menangis itu kemudian mengelap air matanya dengan bajunya.

"Eh iya, ada apa pak Herman?"tanya Rudi berusaha tersenyum.

"Apa yang terjadi?"tanya Herman sembari duduk di samping Rudi.

"Anakku yang baru di lahirkan sudah meninggal dunia pak,"jawab Rudi.

Herman kaget mendengarnya.

"Inalillahi wainailaihi raji'un."

"Saya turut berdukacita tuan. Tuan Rudi yang sabar."Herman menepuk punggung Rudi pelan.

"Aku tidak tahu bagaimana caranya mengatakan kepada Mira bahwa anaknya telah meninggal. Aku tidak sanggup memberitahu kabar ini kepadanya,"ucapanya dengan air mata yang mengalir kembali.

"Dia pasti akan sangat terpukul mendengar kabar ini pak, dan yang  paling aku takutkan adalah penyakit Mira yang bisa bertambah parah jika mendengar ini. Pak Herman tau selama ini Mira selalu berpikir positif bahwa anaknya akan lahir sehat tapi kenyataannya lain Tuhan lebih sayang kepada anakku hingga Dia mengambilnya kembali."

Herman terdiam dengan pikirannya. Herman merasa ingin sekali membantu Rudi tapi apa yang bisa ia bantu. Selama ini Rudi lah yang sering membantu dirinya, dan saat ini Herman merasa ingin membalas budi tapi dengan cara apa.

"Pak Herman istrimu bagaimana apakah dia sudah lahiran?"tanya Rudi.

"Sudah tuan,"jawab Herman sambil tersenyum.

"Aku ikut bahagia mendengarnya, apa jenis kelaminnya?"tanya Rudi.

"Laki-laki dan perempuan."

"Jadi anak bapak kembar. Selamat ya pak. Takdir kita memang sangat berbeda ya. Istri kita hamil diwaktu yang bersamaan dan melahirkan juga di waktu yang bersamaan. Tapi kau yang lebih beruntung pak Herman karena kau mendapatkan dua sekaligus sedangkan aku hanya satu itupun di ambil kembali,"ucap Rudi dengan senyum yang terpaksa.

Sebenarnya Rudi sedikit merasa iri dengan Herman, walaupun Herman tak mempunyai harta dan jabatan tinggi tapi Herman memiliki keluarga yang lengkap dengan hadirnya buah hati.

"Tuan Rudi,"panggil Herman.

"Ya ada apa pak?"

"Bagaimana jika tuan merawat salah satu anakku, anggap saja anakku sebagai anak tuan sendiri,"kata Herman dengan nada sedikit bergetar.

Entahlah ini keputusan yang benar atau salah tapi Herman benar-benar merasa kasian kepada atasannya ini. Dan dia terpikirkan cara ini untuk membalas semua kebaikan majikannya selama ini.

"Apa kau serius pak Herman?"tanya Rudi dengan wajah shock.

"Ya saya serius. Anggap saja ini sebagai balas budi atas kebaikan tuan selama ini kepada keluargaku. Saya rela menyerahkan anakku kepada tuan asal tuan bisa menyayangi anakku seperti anak kandung tuan sendiri."

Menjadi ibu susu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang