11

231K 6.7K 293
                                    


Laki-laki paruh baya yang sama seperti yang menghampiri kedua teman Luna di kampus, terlihat dengan tergesa-gesa memasuki sebuah rumah berlantai dua dengan pagar hitam setelah turun dari taksi sebelumnya.

Laki-laki berkemeja lengan pendek dan celana kain hitamnya terlihat memasuki rumah dengan wajah penuh kesal dan ada kekhawatiran.

Saat sudah berada di dalam rumah tiba-tiba ada sebuah buku yang melayang tepat di depan pria paruh baya berusia 53 tahun itu dan terjatuh di lantai dengan keras hingga menimbulkan suara...

Brak.

"Hikksss huuuu dimana anakku!"tangis seorang wanita menghiasi rumah ini. Tangisannya terdengar sangat pilu.

Pria itu menatap pintu kamar yang terbuka lebar, dari sanalah tadi asal buku itu melayang karena di lepar seseorang dari dalam kamar.

Lelaki itu tanpa berlama-lama langsung masuk ke dalam kamar.

Saat sudah berada di dalam kamar pandangan pertama yang di lihatnya adalah kondisi kamar yang berantakan. Dengan selimut, bantal, dan sprei yang berada di lantai.

"Herman! Dimana anakku Herman?!"

Lelaki itu langsung menatap ke bawah melihat wanita yang bergitu di cintainya terduduk di depannya dengan tangan yang menarik-narik ujung baju milik lelaki itu. Wanita ini adalah istrinya, namanya Soraya wanita berusia 49 tahun. Soraya mengalami depresi hingga membuatnya sering mengamuk dan marah-marah.

Herman laki-laki itu terduduk berusaha menjejerkan dirinya dengan wanita yang begitu di cintainya ini.

Lelaki itu mengusap wajah istrinya yang basah oleh air mata dan juga keringat.

"Dimana anakku Herman!"bentak Soraya sambil memegang tangan suaminya yang sedang mengusap wajahnya dengan kuat.

Tatapan Soraya sangat tajam menatap suaminya, seperti ada kemarahan yang membara di matanya.

"Kita akan segera bertemu anak kita,"ucap Herman sembari tersenyum manis.

"Bohong!"sentak Soraya sambil menjabak rambutnya sendiri.

"Bohong! Kamu sudah berapa kali bilang seperti itu tapi apa! Hiks kamu membohongi aku lagi Herman!"teriak Soraya histeris sambil memukul-mukul dada suaminya itu.

Herman berusaha mencekal tangan istrinya supaya tidak terus-terusan memukulnya dengan satu tangan, dan tangan yang satunya lagi digunakan Herman untuk mencari sesuatu di laci meja nakas di belakang tubuhnya.

Setelah menemukan apa yang dicari yaitu sebuah botol berisi butiran pil berwarna putih, lelaki itu lalu berusaha membuka botol obat itu dan mengeluarkan satu pil.

"Soraya minum ini dulu."pinta Herman sembari menyodorkan pil itu.

Tapi Soraya yang masih menangis keras hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Soraya minum ini dulu supaya kamu tenang,"bujuk Herman kembali.

Tapi wanita itu masih terus menolak dan membuat Herman harus menggunakan paksaan.

Herman mulai memaksa Soraya untuk membuka mulutnya dan dengan susah payah akhirnya berhasil, kemudian Herman memasukkan pil itu kedalam mulut istrinya dan mengambil air di gelas yang terletak tidak jauh dari jangkauannya untuk di minumkan kepada istrinya.

Gluk gluk gluk

Obat itu akhirnya masuk ke dalam perut Soraya.

"Aku tidak ingin meminum pil laknat itu lagi!"ucap Soraya dengan kedua tangannya memeluk perut lelaki itu.

Menjadi ibu susu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang