27

493 105 312
                                    

ready?

udah disiapin hatinya? soalnya, ⚠️

btw, coba tebak ini dulu

Comp + ex tr. 1098An = traitor

🤡¹ + mb tr. sh1514 = traitor

╔══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╗

A L P H A - 27

╚══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╝

"Raya, awas!"

Suara Sano yang menggema di lapangan membuat semua siswa yang berseliweran di sekitaran menoleh. Mereka terkejut, kala melihat sebuah pot tanaman besar yang terjun dari atas dan mengarah kepada Raya di bawahnya. Napas mereka tertahan, takut-takut jika pot itu menimpa Raya yang sedang berjongkok membenarkan tali sepatunya.

Brak!

Mata memejam, tak berani menatap ke depan.
"Nggak apa-apa?"

Tubuh Raya bergetar hebat, ia ketakutan. Sano memeluknya, mengusap pelan kepala Raya. Berusaha menenangkan sang gadis yang pasti terkejut. Kepala Sano mendongak ke atas, mencari tahu penyebab jatuhnya pot besar yang kini telah terpecah-belah dan berserakan di sampingnya. Tidak mungkin jika tidak disengaja.

Kini mereka berdua dikerumuni para siswa, namun tak ada yang berani bertanya mengenai keadaan Raya. Mereka justru memerhatikan dua insan yang berada di tengah-tengah lingkaran siswa. Raut cemas dan khawatir menyelimuti, membuat Sano berdecak. Mereka ini benar-benar peduli atau sok cari perhatian, sebenarnya?

Dulu saja Raya mereka tindas habis-habisan, dan kini? Lelucon apa ini?

"Raya!"

Sano menoleh ke sumber suara yang sangat ia kenali, sudah hadir Neta, Dewa, dan Nathan yang baru saja menerobos lautan siswa. Tiga Taraka itu berjalan cepat ke arah Sano dan Raya. Disusul Aby yang menghampiri mereka paling akhir.

"Bisa tenangin dia? Bawa ke UKS, gue mau cari tahu siapa yang lempar pot sialan ini," ujar Sano kepada Neta dan Aby. Kaki Sano sedikit menendang pot di sampingnya.

"Gue ikut," timpal Dewa, disusul dengan anggukan Nathan.

──── ✧《✩》✧ ────

Tiga pria Taraka itu berjalan dengan raut wajah tegas dan kesal sekaligus. Menyusuri koridor jurusan IPS, di mana asal dari jatuhnya pot tadi. Ia berhenti tepat di depan kelas 11 IPS 2, membuat semua orang yang berada di sana beringsut mundur.

Mereka tahu Taraka tidak akan marah jika tak ada yang mengacau, dan selama SMA Bhineka memiliki Taraka-gangster peraih gelar Alpha tersebut-tak pernah sekalipun melihat Taraka marah. Kini, mereka melihatnya, dan itu cukup untuk membuat mereka ketakutan.

"Gue yakin lo semua tahu kenapa kita ke sini," kata Sano, "jujur sama gue, siapa yang udah lempar pot tadi?"

Tak ada jawaban, hanya tatapan saling pandang satu sama lain yang Sano dapatkan dari mereka.

"Kalian tahu kita siapa?" tanya Sano, yang sebenarnya tak perlu ditanyakan pun mereka sudah tahu jawabannya. "Gue paling benci sama orang-orang pecundang kayak kalian. Gue yakin kalian tahu siapa orangnya, tapi nggak berani ngomong."

"Maaf, Kak. Tapi kita bener-bener nggak tahu. Pot itu emang digantung di sana, mungkin kawatnya nggak kuat karena pot itu terlalu besar dan berat, jadinya jatuh," jawab seseorang, laki-laki, dengan sedikit takut.

[✓] Alpha┆Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang