26

454 102 237
                                    

Ritual dulu macam biasa. Apa?
Pinter. Tarik napas-buang-siapkan hati dan pikiran, jangan lupa berdoa-silakan dibaca.

╔══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╗

A L P H A – 26

╚══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╝

Raya menarik dan mengembuskan napasnya berkali-kali, dengan ritme yang pasti. Jantungnya berdetak sedikit kencang hari ini, semoga saja masih bisa ia ajak bekerja sama. Sesekali pula, ia meremat ujung roknya, gugup.

Hari ini ia akan keluar dengan status barunya, sebagai anggota Taraka yang telah diakui publik. Beritanya tersebar begitu cepat, tak menutup kemungkinan jika seisi sekolah pun tahu.

“Lo nggak mau turun? Serius mau di sini aja?”

Raya menoleh, terlihat Sano menatapnya. “Takut.”

“Buat apa takut? Nggak akan ada yang ganggu lo, Ray.”
Diam. Gadis itu tak berniat menjawab pertanyaan Sano, atau bahkan, mungkin tidak tahu harus menjawab apa.

Sano menyandarkan tubuhnya pada jok mobil, kemudian matanya melihat keluar jendela, beberapa pasang mata yang berada di sekitaran mobil tempatnya terparkir menatap ke arah mobil Sano.

Mendecak pelan, Sano membenarkan posisinya dan menghadap ke arah Raya. “Ayo keluar. Ada gue, nggak usah takut.”

Ya sudahlah, Raya mengalah saja. Toh, kalau ia menutup diri sekalipun, semua orang sudah tahu kalau Raya adalah anggota Taraka. Namun, yang ia takuti sekarang adalah, bagaimana caranya menjelaskan kepada Zara?

Apakah Zara masih mau menjadi temannya, atau justru meninggalkan Raya karena tahu bahwa temannya yang selalu dilindunginya itu adalah anggota Taraka. Membayangkannya saja sudah membuat Raya hampir hilang akal.

Sano membuka pintu mobil, diikuti Raya. Seketika, orang-orang yang berada di sekitar parkiran beringsut mundur. Ada pula yang menatap Raya sambil berbisik-bisik pada teman di sampingnya.

──── ✧《✩》✧ ────

“Bentar.”

Raya yang hendak berjalan menuju bangkunya lantas mengurungkan niat kala lengannya dicekal oleh Sano. Sialnya, ini di depan papan tulis, yang mana artinya mereka berdua menjadi pusat perhatian. Ya … meskipun sejak datangnya mereka di sekolah hari ini sudah menjadi pusat perhatian, sih.

“Kenapa?”

“Nggak jadi. Duduk. Kalau ada apa-apa bilang ke gue,” pesan Sano, “dan, ya … jangan kebanyakan nunduk. Lo bukan Raya Nirmala yang suka ditindas lagi mulai hari ini. Paham?”

Sano berkalang dari tempatnya, meninggalkan Raya yang mematung di tempat. Sepersekon kemudian, gadis itu tersadar dari lamunannya dan beralih menatap ke sekeliling. Pandangannya beradu dengan Zara yang baru saja masuk ke dalam kelas, terlihat teman sebangkunya itu berhenti sebentar dan menatap Raya dengan pandangan yang sukar diartikan.

Senyum canggung terbit dari bibir manis Zara, lantas gadis itu sedikit menundukkan kepalanya dan berjalan mendahului Raya yang masih diam di tempat. Dengan segera, Raya mengejarnya.

[✓] Alpha┆Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang