29

510 104 284
                                    

pegangin jantungnya, takut melompat dari tempat

for u fren:

╔══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

╔══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╗

A L P H A – 29

╚══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╝

Zara membuka pintu ruang kerja kakaknya dengan kasar, terlihat dua orang perempuan yang ia kenali tengah berada di dalam, duduk di sofa cokelat tua dengan santai, di ujung sofa pun ada kakaknya. Mereka bertiga menatap ke arah Zara.

“Tahu sopan santun tidak kamu?” tanya kakaknya dengan raut wajah kesal.

“Zara minta Kakak hentikan semua ini,” ucap Zara penuh dengan kekesalan.

Pria itu, Na Almara tertawa renyah, “Punya kekuasaan apa kamu, sampai berani menghentikan Kakak, Zar?”

Tangan Zara terkepal kuat, menahan amarah yang menggebu-gebu. Selama ini ia biasa saja ketika melihat salah satu dari dua pengkhianat Taraka itu berseliweran ke sana kemari di hadapannya, pun di sekolahnya. Namun, ia kini tidak bisa tinggal diam ketika tahu siapa yang mereka incar.

Raya Nirmala, teman Zara.

Fakta yang ia dapat benar-benar menampar hidupnya. Raya yang ternyata anak Taraka, dan menjadi salah satu kelemahan Taraka, yang sebetulnya tengah Na incar. Karena musuh besar kakaknya itu akan melemah jika Alpha-nya hancur. Tujuan kakaknya yang berengsek minta ampun itu hanya satu, yaitu merebut gelar mafia terkuat di kota ini dari Restu.

Sialnya, di mana ada orang-orang baik, pasti ada orang-orang buruk pula di sekitaran mereka. Seperti dua babi perempuan di depan Zara ini; Neta dan Jihan. Bangsat, bukan?

“Kak, apa harta yang Kakak dapat itu kurang? Jangan gila tahta dan harta, karena semua itu nggak akan bisa Kakak bawa mati.”

Tawa khas ala Na meledak, diiringi desisan dari kedua perempuan Taraka itu. Oh, ralat, the traitor of Taraka.

“Zara, adikku sayang. Kamu bisa diam tidak? Tutup mulutmu dan jangan berbuat ulah.”

Jihan bersuara, “Lo apa-apaan sih? Kenapa tiba-tiba? Perasaan sebelumnya lo nggak pernah ikut campur urusan kita.”

“Ya jelaslah ikut campur, Raya kan temennya,” timpal Neta sembari mengangkat kaki kanannya dan disilangkan di atas kaki kirinya. Perempuan itu bersedekap dada, menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa.

Penuturan Neta membuat Na menatap ke arah Zara dengan tajam, membuat gadis itu sedikit berjaga-jaga. Na bangkit, membenarkan jas kebanggaan miliknya dan berjalan pelan ke arah Zara.

“Kamu mau tutup mulut, atau tutup umur?” tanya Na tajam, sembari mencengkeram erat dagu Zara. Sang adik jelas kesakitan, cengkeraman Na memang terlihat santai, namun benar-benar membuat kedua pipi hingga rahang Zara sakit bukan main.

[✓] Alpha┆Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang