25

454 109 209
                                    

Siapkan hati, yang hatinya hilang dicari dulu, yang hatinya masih dibawa mantan segera diminta. Jangan lupa berdoa.

[ D-Day: Pemilu ]

╔══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

╔══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╗

A L P H A – 25

╚══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╝

Hari pemilihan Ketua Taraka telah tiba. Keadaan markas pun menjadi lebih ramai dari biasanya. Seperti yang telah Taraka duga, para gangster yang diundang tak terlalu fokus pada acara pemilihan, namun mata mereka berkeliling seolah mencari sesuatu. Siapa lagi jika bukan Raya yang mereka cari?

Devan, selaku pembawa acara, kini bangkit berdiri, menghadap ke para tamu undangan.

“Selamat siang, untuk para pemilih, yaitu anggota Taraka, Taranos, dan yang terhormat, Restu Dian Susanto, silakan maju ke depan dan melakukan pemilihan pada tablet yang telah disediakan. Hasil akan otomatis keluar ketika pemilih terakhir selesai. Tunjukkan sidik jari Anda sekalian sebelum memilih, untuk mengetahui bahwa Anda adalah benar-benar pemilih yang sah.”

Setelah Devan angkat bicara, Dewa yang berada di balik komputer kini menatap sekeliling. Mendesis pelan ketika melihat beberapa anggota gangster yang menjadi tamu undangan sedikit kesal. Mereka pikir, Taraka sebodoh itu?

Mendapat sebuah kode dari Aldo, Devan lantas meminta Restu untuk melakukan pemilihan terlebih dahulu. Entah siapa yang akan pria itu pilih. Acara berlanjut, sampai tiba saatnya pemilih terakhir, Raya. Gadis itu sengaja disembunyikan Aldo di dalam markas sampai tiba saatnya untuk Raya keluar.

Bukan apa-apa, ini demi keamanan Raya sendiri. Jika Raya berada di hadapan publik terlalu lama, Aldo khawatir akan penyerangan yang tiba-tiba. Meskipun sebenarnya, keamanan hari ini sudah dipastikan oleh Restu, tetap saja Aldo cemas terhadap keadaan adik satu-satunya itu.

Aldo pun beranjak dari duduknya, kemudian masuk ke dalam markas untuk menjemput sang adik. Terlihat Raya yang berada di depan meja riasnya sendiri, menarik napas pelan, dan mengembuskannya dengan teratur pula.

“Dek, ayo. Giliran kamu yang pilih.”

Raya menoleh. “Abang, apa nggak bisa kalau aku titip suara aja?”

Aldo mengernyit. “Gimana caranya? Jarimu dipotong dan dibawa ke sana?”

“Ih, ya enggak gitu!”

Menarik napas panjang, Aldo berujar, “Nggak apa-apa. Banyak yang jaga kamu. Ada Restu, dia sudah jamin keamanan hari ini, Ray.”

[✓] Alpha┆Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang