35

499 103 187
                                    

dah, baca aja. lagi nggak ada stok meme yang pas sama chapter ini xixi

╔══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╗

A L P H A – 35

╚══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╝

Marah, Sano menendang kasar kursi Jihan sampai perempuan yang duduk di atasnya itu terjatuh. Tak ada yang mencegah Sano melakukannya, semua kesal, semua marah, segala perasaan tak percaya dan amarah bercampur menjadi satu. Cukup tak menyangka dengan alasan Jihan.

Alasan menyebalkan yang Sano dengar. Tentang Jihan yang memang sejak awal memiliki niat buruk pada Raya. Sang pengkhianat itu tahu, Sano mencintai Raya. Karenanya, Jihan masuk ke dalam Taraka dengan niat mendapatkan Sano. Saat tahu jika Raya mencintai Kris, Jihan merasa bahwa mendapatkan Sano tak akan susah. Ia pendam rasa dan niat buruknya pada Raya. Sialnya, meskipun sudah meraih, tapi hati Sano tetap saja untuk Raya.

Tertampar dengan fakta dan emosi yang memuncak, niat awal menghancurkan Raya, dengan prinsip, “Kalau gue nggak dapat Sano, Raya atau siapa pun juga nggak akan bisa dapatin Sano” kembali hadir dalam dirinya. Terlebih lagi, ia juga ingat akan Neta yang memang mengajaknya bekerja sama, menghancurkan Taraka.

Sedari awal, mereka berdua memiliki tujuan sendiri, mengapa sampai masuk ke dalam Taraka. Niat yang berbeda, namun saling membantu. Naasnya, kini mereka berada dalam bahaya.

Neta, saudara Na Almara. Diminta masuk ke dalam Taraka guna mempermudah Na untuk menjadikan Taraka bawahannya. Sialnya, lagi-lagi karena Raya, gadis itu menyarankan Taraka untuk meraih gelar Alpha. Jelas, rencana yang sudah Na susun sedari awal hancur seketika.

 “Alasan lo basi banget, sampah,” desis Sano, menghampiri Jihan yang terbaring di lantai dengan keadaan tubuh masih terikat di kursi.

“Dan rencana lo gagal,” timpal Aldo santai. Ikut menghampiri Jihan.

“Nggak akan gagal. Gue dan Neta masih punya Na Almara,” jawabnya enteng.

“Sudah berkhianat, tak tahu diri pula dirimu,” kata Restu, “lupa? Na berada di bawahku. Bedebah semacam dia tak ada apa-apanya. Apalagi dirimu, dan dirimu. Hanya debu di mataku.” Restu menunjuk Jihan dan Neta bergantian.

Neta sendiri sudah menunduk tak berdaya. Terlalu lemah untuk berbicara. Pukulan dan tendangan yang diberikan Sano dan Restu mampu membuatnya menyesal. Ya ... memang hukumnya begitu, penyesalan selalu datang di akhir.

Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, Neta mengangkat kepalanya lemah, mendesis menatap Restu. “Jangan sombong, Restu. Kau belum berhasil melenyapkan Na Almara.”

Restu tersenyum, sedikit menyeringai. Bahkan Neta sudah mulai memanggil namanya. Tak ada lagi embel-embel “Tuan”.

“Bagaimana jika berhasil?” tantang Restu, mulai mengeluarkan ponselnya. Mengotak-atiknya perlahan, lalu menunjukkannya ke depan wajah Jihan dan Neta bergantian. “Lihat? Orang yang kalian agung-agungkan sudah terkapar di atas lantai. Sebentar lagi akan dibawa ke sini, kalian bertiga akan mati bersama. Menakjubkan, bukan?”

Sial. Neta mengumpati pamannya sendiri di dalam hati. Sekarang, ia hanya mampu berpasrah jika memang harus mati hari ini. Matanya melirik ke arah Jihan yang masih terbaring di atas lantai, masih di posisi yang sama. Perempuan itu berusaha untuk melepaskan dirinya. Tapi tidak bisa.

Di belakang punggung Nathan, ada Joanna yang sedikit ngeri melihat pemandangan di depannya. Dokter muda itu tahu jika kekasihnya bagian dari gangster, bahkan Alpha dari Restu—si mafia. Tetapi, tak pernah terbayang di pikirannya jika ia akan dihadapkan dengan situasi seperti ini. Sedikit terkejut ketika malam tadi Aldo menghubunginya, mengatakan jika Joanna harus membantunya mengambil jantung Jihan, sebagai donor untuk Raya.

[✓] Alpha┆Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang