39: Alpha [Final]

1.1K 116 293
                                    

Alpha Trailer

╔══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╗

F I N A L

╚══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╝

Dengan kasar, Sano mendobrak pintu kayu di depannya. Emosinya berada di ubun-ubun, tak peduli jika ia harus menghabisi banyak nyawa hari ini, asalkan Raya bisa kembali ke pelukannya, ke pelukan Taraka.

“Argam, bangsat! Di mana lo, berengsek!” umpatnya keras. Markas Merak terlihat sangat sepi, seperti tak ada kehidupan di dalamnya. Namun lokasi Raya berada di sini.

Suara teriakan terdengar, membuat Taraka buru-buru berlari mencari sumber suara. Dibukannya pintu yang ada di dalam markas Merak satu persatu. Ingatan mereka jatuh pada hari di mana Raya pernah diculik dan dibawa ke sini. Bisa saja, lokasi disembunyikannya Raya sama seperti saat itu.

Tendangan pada pintu itu dilakukan Sano, mengulas kembali memori yang telah berlalu. Benar, Raya ada di ruangan yang sama seperti dulu. Rasa-rasanya seperti deja vu.

Di dalam ruangan itu hampir penuh dengan anggota Merak. Yang membuat Sano tak dapat menahan emosinya lagi adalah, kondisi Raya. Gadis itu terlihat sangat lusuh, rambutnya berantakan, dan mata sembabnya yang menangis meminta pertolongan.

Aldo mengepalkan tangannya kuat-kuat ketika mendapati dua kancing teratas seragam adiknya terbuka. Ia ingin segera maju dan menghajar mereka semua, terutama Argam yang kini tengah berada di belakang Raya dan menyentuh pundak perempuan itu. Namun, Aldo masih bisa berpikir jernih, ia tidak bisa bertindak gegabah.

Melihat Sano yang sudah ancang-ancang ingin maju, Aldo menyentuh pundak sang ketua. “Jangan gegabah. Gue mohon. Kita kalah orang.”

“Taranos perjalanan ke sini, sama Devan.”

Aldo menoleh ke belakang, tepat ke arah Dewa, lalu mengangguk. Berharap agar mereka segera sampai.
Suara tepuk tangan membuat atensi Taraka beralih kembali ke depan, menatap anggota Merak yang menyeringai begitu puas. Seakan-akan hari ini adalah sebuah kemenangan mereka. Taraka jelas tahu apa tujuan mereka menculik Raya. Tentu saja, gelar Alpha.

“Belum gue sentuh jauh. Cuma dikit-dikit, yang atas doang,” kata Argam, sembari meletakkan tangannya di ceruk leher Raya dengan pelan, membuat Raya merinding dan berontak.

“Jauh-jauh tangan kotor lo, bajingan!” umpat Nathan tak dapat menahan emosinya. Ia benci pelecehan, apalagi ini teman dekatnya. Bukankah tindakan Argam ini sudah termasuk dalam kategori pelecehan?

Argam langsung mengangkat tangannya ke atas, namun tetap tersenyum menyebalkan.

“Kalian datang di saat yang kurang tepat. Sebenernya gue mau ajak main Raya. Bareng sama anak-anak. Kan asik, iya, kan, Ray?”

Lagi-lagi Raya berontak, menghindari sentuhan Argam semampunya.

Taraka menggeram kesal, ingin segera memukul Argam detik ini juga. Tetapi tidak bisa, jumlah Merak jauh lebih banyak dibanding Taraka. Ini belum terhitung anak buah Merak yang entah di mana, ada di sini dan bersembunyi, atau bagaimana, Taraka tak tahu.

Mungkin Taraka dapat melawan puluhan anggota Merak saat itu, karena posisi mereka tidak menumpuk di dalam satu ruangan. Sekarang? Jadi satu, di ruangan yang memang cukup lebar. Tapi akan membahayakan nyawa Taraka—terutama Raya—jika Taraka menyerang sekarang.

[✓] Alpha┆Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang