╔══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╗
A L P H A – 31
╚══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╝
Berada di ruang rapat, jantung dan otak Taraka diajak bekerja lebih cepat dan lebih keras dari biasanya. Bagaimana bisa, kedua orang yang saling bermusuhan itu memberi Taraka tugas dan misi di waktu yang bersamaan?
Mungkinkah, jika Restu sudah tahu jika Taraka bekerja dengan Na? Tapi, kan, Taraka tak berniat mengiyakan tawaran itu awalnya. Jadi, bisakah Taraka disalahkan di sini?
Tiga puluh menit lamanya mereka habiskan dengan keheningan, malam pun semakin larut dan sudah saatnya mereka beritirahat. Tetapi, mereka tidak akan bisa beristirahat dengan tenang, mereka dihantui bayang-bayang perihal misi dan tugas yang diberikan oleh Na Almara dan Restu pada Taraka.
Di sela-sela keheningan dan kerisauan yang menyelimuti Taraka, Aby dan Dewa saling beradu pandang. Mereka seperti memikirkan hal yang serupa ketika manik mata Aby memberi kode melirik ke Neta yang ada di sampingnya. Dewa pun mengangguk dalam diam.
Atensi mereka teralih, kini menatap Sano yang berada di ujung meja, dan duduk di kursi pimpinannya. “Ini kita mau diem-dieman terus kayak gini?”
Suaranya terlihat pelan, lelah. Dikerubungi oleh kecemasan yang menyeruak masuk hingga ke tulang-tulangnya, menimbulkan rasa dingin yang menusuk.
“Gue ada usul, sih.” Semua mata beralih ke Devan. “Gimana kalau kita bagi aja? Sebagian jalankan misi Na, sebagian juga laksanakan job dari Restu.”
Terdengar helaan napas berat dari Sano, tanda kurang menyetujui usul Devan. “Kalau anggota kita ada ratusan, nggak masalah aja dibagi. Ini? Cuma sembilan, enam orang laki-laki, dan tiga orang perempuan. Gila apa kita bakal ajak perempuan turun misi?”
“Tapi, San. Apa gunanya kita di Taraka kalau nggak saling membantu?” ungkap Neta tenang, yang dibalas decakan dalam hati oleh Aby. Mana mungkin Aby berdecak terang-terangan? Yang ada, rencananya dan Dewa akan gagal.
Entahlah, meski Dewa masih berusaha menggali informasi, namun kedua bola mata Aby menangkap sebuah pesan yang terpampang di layar ponsel milik Neta tadi, ketika dua petinggi Taraka tengah mengangkat telepon. Kira-kira seperti ini yang Aby lihat sekilas:
Na: Awasi mereka dan terus kabari aku. Besok kita jalankan rencana, karena Restu juga beri mereka misi. Jebakan kita berhasil, Argam mendengarnya tadi sore
Dan setelah melihatnya, Aldo dan Sano mengatakan jika Taraka mendapatkan misi, dari Na dan Restu. Saat itu pula, Dewa mengirim Aby pesan, jika di CCTV tempat Na, Jihan, dan Neta bertemu tadi, ada sosok yang mereka kenal; Argam.
Jadi, sudah jelas, bukan? Siapa pengkhianat Taraka? Yang harus Dewa dan Aby lakukan saat ini adalah menyimpan bukti-bukti yang mereka dapatkan dan membongkarnya di waktu yang tepat.
“Bukan masalah itu, Net,” kata Aldo, “tingkat kematian dalam misi nggak bisa dibandingkan dengan seberapa bahayanya waktu kita berantem sama gangster lain. Kita sama gangster, kemungkinan kita menang masih tinggi. Tapi, kalau di misi? Kita nggak tahu seberapa bahayanya mereka-mereka, kita nggak tahu apa yang bakal terjadi kalau misi kita gagal, nggak bisa diantisipasi. Itu kenapa, lo para perempuan nggak diperbolehkan turun dalam misi.”
“Tapi kalau udah kayak gini, mau nggak mau juga kita harus turun semua,” timpal Neta.
Hening kembali menyelimuti Taraka, kembali digelutkan dengan pemikiran-pemikiran mereka.
“Ini apa misinya nggak bisa dinego dulu? Yang satu besoknya, gitu …,” keluh Nathan yang justru dihadiahi lemparan kertas dari Devan.
“Gini aja,” kata Sano, “kita tetep jalanin dua misi ini, bener kata Neta, mau nggak mau semua harus turun. Kita pakai usul Devan, dibagi dua. Setelah gue pikir-pikir, bisa kok. Misi kita juga nggak bahaya banget, nggak harus bunuh orang, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Alpha┆Mark Lee
Romance❝Lepas gelar Alpha, atau dia mati di tanganku.❞ 「 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 𝐰𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 」 harsh words, murder, violence, death, etc. ©2020, shani.