╔══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╗
A L P H A – 37
╚══ ✰ ══ ✮⭐✮ ══ ✰ ══╝
Sebetulnya, tempat untuk para pengkhianat adalah kandang macan milik Restu. Namun, Taraka masih memiliki hati nurani. Sebangsat apa tingkah Neta dan Jihan yang sebenarnya, mereka pernah berada dalam suasana yang sama; suka dan duka mereka lalui bersama.
Lagi pula, Na dan Neta termasuk orang yang cukup terpandang di kota ini. Na seorang pengusaha muda. Neta seorang model majalah dan beberapa dari publik mengetahuinya sebagai anggota Taraka.
Orang-orang kepercayaan Restu sudah membuatkan berita palsu mengenai kematian mereka. Jika tidak dibuatkan sebuah berita palsu, semua akan curiga mengenai kematian mereka yang tiba-tiba.
Jasad Neta dikirim ke China, mengingat orang tuanya memang berada di sana. Dengan berita palsu jika Neta mengalami kecelakaan beruntun, keluarganya percaya. Sedangkan jasad Na, diserahkan kepada orang-orang kepercayaan Na Almara yang kini berpindah di tangan Restu. Jasad Jihan pula sudah dimakamkan. Untuk Jihan, tak terlalu merepotkan, tak ada yang begitu mengenal Jihan di sini.
Beralih ke Dewa yang hanya diam. Terbayang-bayang akan tingkah Neta yang cukup menjengkelkan selama ini di matanya. Bagaimana perempuan itu mengumpatinya, berebut job photoshoot dengan adiknya. Ah ... belum ada satu hari, Dewa, mengapa sudah rindu? Lagi pula, buat apa merindukan seorang pengkhianat?
Duduk di kursi samping brankar Aby yang terlelap dengan tenang, mengingatkan Dewa akan adiknya yang seringkali menggodanya.
“Lo cemen banget, sampah. Kalau suka ... bilang, diembat orang tahu rasa lo.”
“Bacot.”
“Kak, lo cowok, kan?”
“Menurut lo?”
“Dih, cowok kok pengecut.”
“Diem lo. Gue jahit itu mulut lama-lama.”
“Neta ... oh, Neta, Kakak gue nih hmp—”
“Diem lo, bangsat!”
Dewa terkekeh kecil mengingatnya. Sial. Ternyata semenyesakkan ini rasanya. Menunduk dalam, ia merogoh ponselnya, membuka aplikasi Instagram. Ia mengetikkan akun Neta di kolom pencarian dan namanya langsung muncul di baris teratas.
Seperti kegiatan rutinnya, hampir setiap hari Dewa membuka akun Neta dan memandangi wajah manis bak bidadari itu sembari tersenyum senang. Kini, semua rasanya telah berbeda. Bukan senyum yang ia pajang ketika melihat postingan-postingan itu, melainkan rasa kesal, tak percaya, dan rindu yang akan menjadi satu.
Banyak ucapan bela sungkawa dan doa semoga Neta diterima di sisi Sang Mahakuasa. Bahkan, grup kelasnya saja sekarang mulai ramai membahas akan kematian Neta yang tiba-tiba, tak memberi tanda.
Kesal dengan pembahasan teman sekelasnya itu, Dewa memilih keluar dari grup. Berharap mereka semua sadar, bahwa mereka mengenal Neta sebagai anggota Taraka. Seharusnya, mereka menghormati Dewa dan Devan yang berada di dalam grup.
Pintu ruangan Aby terbuka, memunculkan Sano yang terlihat sedikit kacau.
“Aby gimana?” tanya Sano sembari duduk di sofa.
“Nggak apa-apa.”
Sano hanya mengangguk menanggapi jawaban Dewa. Keduanya kini dilanda kecanggungan, entah mengapa Sano mempunyai rasa bersalah karena telah malayangkan nyawa seseorang yang sahabatnya cintai. Dewa pula, ia masih berada dalam fase mencoba menerima.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Alpha┆Mark Lee
Romance❝Lepas gelar Alpha, atau dia mati di tanganku.❞ 「 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 𝐰𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 」 harsh words, murder, violence, death, etc. ©2020, shani.