Baskara menyembul dari tempat peraduannya, melesak masuk menembus kaca-kaca jendela setiap rumah. Tak henti pula, ia menggoda para anak adam untuk bangun dari mimpi singkatnya. Tak terkecuali Raya, gadis itu mulai mengerjapkan beberapa kali matanya karena sinar mentari yang mengacaukan tidurnya.
Sedikit merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku, perlahan namun pasti Raya bangun dan terduduk seraya mengucek kedua matanya. Ia memperhatikan sekeliling, ketika netranya menangkap sebuah bingkai foto ….
“Kris ….” Raya bergumam. Menyibak selimutnya kasar dan bergegas keluar kamar. Raya membuka pintu kamarnya dengan kasar, mengejutkan Jihan dan Aby yang sedang menonton televisi di ruang tamu.
“Di mana Kris?”
Jihan dan Aby saling pandang, tak menjawab pertanyaan Raya.
“Gue tanya, di mana Kris?” Raya mengulang lagi pertanyaan yang serupa.
Aby menghela napas, ia cukup sadar jika Jihan sedikit tidak suka dengan Raya. Entah mengapa Jihan tidak menyukai seorang Raya, Aby tidak paham. Ia hanya menduga-duga jika Jihan terlalu cemburu karena sikap Sano yang begitu lembut kepada Raya.
Karena kemungkinan jika Jihan mau menenangkan Raya sangat tidak ada, Aby mengalah dan menghampiri Raya.
“Mandi dulu sana, bau jigong.” Aby mencoba bercanda.
“Gue tanya di mana Kris, By.”
“Lagi dicari sama anak-anak.”
“Kenapa nggak ada yang ajak gue? Apa gue nggak penting buat kalian? Apa gue nggak berhak buat cari di mana Kris?”
“Nggak gitu, Ray. Kita kayak gini karena peduli sama lo, kita nggak mau kesehatan lo makin parah karena bantu cari di mana Kris. Lagi pula, nggak ada yang tahu kalau lo anak Taraka, Ray.”
Raya menghela napas lemah, ia memejamkan kedua matanya untuk menahan sesak di dada yang tiba-tiba saja datang. Dirinya mundur beberapa langkah untuk mencari tempat bersandar, setelah menemukan, ia menyandarkan tubuhnya ke tembok dengan mata memejam. Bulir-bulir air mata pun mulai turun dari pelupuk matanya.
“Tenang, ya. Kris pasti baik-baik aja, kok.” Aby meraih pundak Raya untuk menenangkannya.
Raya membuka matanya pelan, menatap Aby dengan sembab. “By, bintang dan darah itu … gimana gue bisa mikir kalau Kris baik-baik aja?”
“Pasti ada kemungkinan di antara kemungkinan lain yang akan menjadi mungkin, Ray.”
Raya mengernyit, tidak paham dengan maksud perkataan Aby.
“Nggak usah dipikirin, sekarang lo bersih-bersih dan makan. Kita di sini aja buat tunggu kabar dari anak-anak soal Kris.”
***
Kembali lagi ke gudang yang semalam Sano dan Nathan datangi. Bedanya, hari ini seluruh anak Taraka kecuali Aby, Jihan, dan Raya turun ke lokasi semua. Neta pun menyempatkan diri untuk datang ke sini karena mendengar kabar bahwa Kris menghilang. Meskipun di rumah ada orang tuanya, Neta tetap saja nekat. Karena baginya, untuk apa tinggal di rumah yang tak layak disebut sebagai rumah?
“Kita mencar, ya. Gue, Devan, sama Nathan cari lagi di dalam gudang, Abang sama Tristan di bagian depan gudang. Yang di belakang gudang, biar Dewa sama Net–”
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Alpha┆Mark Lee
Romance❝Lepas gelar Alpha, atau dia mati di tanganku.❞ 「 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 𝐰𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 」 harsh words, murder, violence, death, etc. ©2020, shani.