••
Veronica menatap fokus layar laptop, jari-jarinya dengan lincah mengetik di atas keyboard. Sibuk membuat proposal yang kelak akan diajukan kepada pihak sponsor, meski Divisi Humas masih belum bisa melaksanakan tugasnya karena belum mendapatkan izin dari Dekan terkait peminjaman parkiran kampus, sehingga belum ada kejelasan di mana acara mereka akan berlangsung.
Padahal mereka harus menyerahkan rundown acara pada pihak sponsor. Namun, karena Veronica tidak ingin pekerjaannya menumpuk, dia memutuskan untuk mencicilnya. Membuat proposal dengan rundown sementara yang baru saja diberikan oleh Dominic padanya.
Di hadapan Veronica ada Theo yang sedang membantu Markus menyusun rencana anggaran pengeluaran belanja organisasi yang nanti akan disertakan dalam proposal. Sedangkan di meja sebelah ada Dominic yang sedang membantu Nabilla mengerjakan tugas kuliahnya. Dominic dengan sabar mengajari Nabilla cara menganalisis kasus. Mereka semua terlihat khusyuk dengan kegiatan masing-masing, kecuali Juan.
Juan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, asik bermain game dari ponselnya. Sesekali cowok itu memerhatikan teman-temannya sambil menikmati kentang goreng yang dia pesan tadi. Sabtu ini Veronica, Theo, Markus, dan Dominic sepakat untuk bertemu di Cafe Filosofi Kopi. Menyicil keperluan project organisasi.
Tetapi saat Veronica dan Theo sampai di Cafe tiba-tiba saja sudah ada Nabilla dan Juan. Nabilla sudah pasti datang untuk menemani kekasihnya. Maklum pasangan baru, kalau orang bilang masih hangat-hangatnya. Veronica lebih heran melihat Juan. Biasanya hari libur seperti ini cowok itu lebih senang menghabiskan waktunya untuk tidur-tiduran saja di kamar kos.
"Gabut banget, Ju?" Veronica menggelengkan kepala melihat Juan sedang memainkan es batu yang tersisa di gelasnya.
"Kenapa rasanya gue capek banget, ya?" Juan menghela napas. "Padahal gue enggak ngapa-ngapain dari tadi."
"Justru karena enggak ngapa-ngapain waktu jadi terasa lama," Dominic melirik Juan. "Pulang aja sana."
Juan mengerucutkan bibir. "Bill, enggak ada niatan cari pacar lagi? Yang ini mulutnya kecabean kayaknya."
Ucapan Juan langsung mendapat pelototan tajam Dominic.
Nabilla terkekeh. "Udah terbiasa, Kak."
"Terbiasa digalakin? Wah, keterlaluan banget," Veronica berdecak. "Do, pacar itu disayang jangan malah disidang."
"Oh, gitu?" Juan melipat tangannya di depan dada. "Tapi, lo udah disayang kok malah cari yang lain, Ve?"
Jari-jari Veronica seketika berhenti mengetik. Sebelah alisnya terangkat naik. "Hah?"
"Just kidding," Juan tersenyum.
Veronica menyipitkan mata curiga melihat tingkah laku Juan. Sejak dulu, Veronica selalu merasa Juan itu seperti agen rahasia di dalam circle-nya. Jika dibongkar mungkin Juan adalah orang yang paling tahu tentang banyak hal. Bahkan dulu, Juan adalah orang pertama yang menebaknya memiliki perasaan pada Jaeffry padahal saat itu dia belum memberitahu siapa pun termasuk Johnatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN TAPI NGAREP
Ficção AdolescenteTeman tapi ngarep, begitulah peran Johnatan dalam hubungan persahabatannya dengan Veronica. Johnatan mencintai Veronica dalam diam, rela menjadi tempat curhat tanpa dibayar, dan ruang peristirahatan tanpa benar-benar disinggahi. Meskipun sering pat...