Part 3

594 115 269
                                    

Zea mendengkus kesal sendirian di dalam toilet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zea mendengkus kesal sendirian di dalam toilet. Memandang ke arah cermin dengan bibir mengerucut. Hari pertama tidak berjalan mulus sesuai rencananya. Teguran Darren tentang cupu dan peringatan Sean tentang tukang bully, sukses membuatnya memutar otak. Haruskah ia terus memainkan peran cupu?

Tangannya merogoh ponsel yang ada di saku roknya. Mencari informasi tentang sifat cupu sebanyak-banyaknya. Membaca dengan seksama dan menyimpan di memorinya.

"Kayaknya gue kurang menjiwai karakter  cupu," keluh Zea.

Zea menghembuskan napas kasar. Memasukkan kembali ponsel ke saku roknya. Memutar keran wastafel dan mencuci tangannya perlahan. Suara pintu toilet yang terbuka, membuat netra Zea menatap pintu lewat pantulan cermin. Tampak seorang gadis yang begitu dikenalnya, masuk dan berjalan mendekat ke arahnya.

Gadis itu berdiri sejajar dengan Zea. Memutar keran wastafel dan mencuci tangan. Tatapan keduanya beradu lewat pantulan cermin.

"Gimana hari pertama lo di sekolah ini? Sukses?" Satu sudut bibirnya terangkat. Tentu saja, Zea membalasnya dengan senyum yang sama.

Gadis itu adalah Alisha, kekasih Sean. Pertanyaannya membuat Zea mulai muak. Ia tahu bahwa pertanyaan itu hanyalah sebuah basa-basi belaka. Zea paham betul, jika Alisha tidak menyukainya sejak dulu. Kenapa? Zea juga belum tahu jawabannya dan sebenarnya—tak mau tahu.

"Lumayan. Semoga bisa dapet teman sejati yang mau menerima gue apa adanya."

Tangan Alisha yang masih basah mencengkeram pundak Zea. "Lo nyindir gue?"

Zea melirik tangan Alisha yang ada di pundaknya. Tak menunggu lama lagi, Zea memegang tangan Alisha dan memelintirnya. Sebuah erangan kesakitan meluncur dari bibir Alisha. Zea mengibaskan tangan kekasih Sean itu dan mendorong bahunya.

"Gue jadi cupu di sekolah, tapi gue tetaplah Zea sang pemberontak! Paham?!" tegas Zea dengan kilatan mata yang tajam.

Alisha berdecak sebal seraya mengusap tangannya yang sakit.

"Lebih baik lo diem! Jangan ganggu gue!" bentak Zea.

Zea merapikan seragamnya. Membenarkan letak kaca mata yang bertengger di atas hidungnya dengan angkuh. Sebelum keluar dari toilet, ia sempat mendengar umpatan Alisha yang ditujukan untuknya. Tetapi, umpatan itu dianggap angin sepoi-sepoi yang lewat di telinga Zea. Ia sama sekali tak terintimidasi umpatan Alisha.

"Dasar cewek ngeselin," gerutu Zea.

****

"Gue butuh mood booster," monolog Zea.

Zea mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Menikmati jamkos dengan tur sekolah, lebih tepatnya keluyuran. Namun, setiap ia melihat seseorang yang berpenampilan seperti tenaga pengajar, ia segera  berbalik arah. Begitupun saat ia berpapasan dengan siswa atau siswi SMA Angkasa yang lain, ia memilih untuk menundukkan pandangannya.

The Journey Of Zea ( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang