part 1

1.3K 155 308
                                    

Seorang pelayan sedang sibuk membangunkan majikannya yang masih terlelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seorang pelayan sedang sibuk membangunkan majikannya yang masih terlelap. Sesekali ekor matanya melirik jam dinding, yang salah satu jarumnya menunjuk ke angka tujuh.

"Nona, bangun!"

Sebuah guncangan di pundak membuat Zea membuka matanya perlahan. Suara dari arah belakangnya memaksa ia untuk membalikkan badannya. Mengusap perlahan kedua matanya, membiasakan kedua retinanya dengan cahaya yang mulai masuk menembus jendela kaca yang masih tertutup tirai putih transparan.

Sang pelayan menyibak tirai satu per satu yang ada di kamarnya. Seorang pelayan lain masuk dengan tergopoh-gopoh dengan wajah semringah. Senyumnya tercetak jelas dengan kedua tangan yang mengangkat sepasang sepatu.

"Nona, coba lihat! Saya membelinya dengan harga murah di pasar loak. Apa sepatu seperti ini yang Anda minta?"

Zea akhirnya bangun dan duduk bersila. Netranya menatap ke arah sepatu warna putih yang diangkat oleh salah satu pelayannya. Bukan putih, tetapi, warna putih yang sudah memudar dan lebih berwana krem.

"Bagus." Jempol Zea terangkat dengan senyum mengembang kearah sang pelayan.

Senyum tercetak jelas di wajah sang pelayan, ia meletakkan sepasang sepatu butut itu perlahan di dekat rak sepatu. Walaupun dalam hati, ia tak mengerti dengan permintaan majikannya yang sedikit aneh.

"Kalian boleh keluar, aku mau mandi! Kembali kesini saat aku sudah selesai mandi."

Dua pelayan membungkukkan badannya dan tanpa menjawab apa-apa, mereka pergi keluar kamar. Zea meraih ponselnya dan menyalakan benda pipih itu, lalu mengirim pesan kepada sahabatnya dengan mimik wajah yang serius.

Zea
[Sean, jemput gue, tapi gue nggak mau bergaul sama lo, saat di sekolah.]

Sean
[Terserah! Setengah jam lagi gue meluncur.]

Zea
[Good.]

Zea tersenyum miring, puas saat semua perintahnya tidak ditentang dan selalu terpenuhi. Ia beranjak dari ranjang dan berlalu ke kamar mandi untuk memulai ritual mandinya.

Keluar dari kamar mandi, dua pelayan setianya sudah menunggu. Salah satu dari mereka segera menyisir rambut Zea. Pelayan yang satu lagi mengoles body lotion ke tangan dan kaki Zea.

"Buat senatural mungkin, dengan kepang dua yang rapi."

Pelayan yang menata rambutnya hanya mengangguk pelan seraya menatap ke arah Zea lewat pantulan cermin.

"Kalian sudah siapkan kacamata buat aku, 'kan?"

"Sudah, Nona. Saya simpan rapi di laci nakas," jawab pelayan satunya. Segera ia mengambil kacamata di laci nakas dan mengulurkan ke arah Zea.

Zea memakai kacamata itu, meneliti tampilan wajahnya dengan saksama dari pantulan cermin. Tersenyum puas tatkala merasa berbeda penampilan dari sebelumnya. Kacamata ala anak cupu, rambut kepang dua dengan poni yang sedikit berantakan.

The Journey Of Zea ( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang