Part 4

482 96 266
                                    

Zea berdiri di depan kafe Siluette

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zea berdiri di depan kafe Siluette. Sejenak ia merapikan bajunya, jemarinya menyisir rambut yang sengaja dibiarkan tergerai. Membetulkan tas selempang dari bahan kain rajut yang ada di pundaknya. Jemarinya meraba bandana yang melingkari kepalanya dengan senyum puas. Perfect, pikir Zea.

Melangkah ke kafe Siluette yang tampak lengang. Maklum, saat Geng Alfa ingin nongkrong, mereka tak segan untuk mengeluarkan kocek tebal dari dalam brankas. Menyewa satu kafe supaya bisa leluasa bercanda dan menyusun rencana ke depannya.

Geng Alfa bukanlah geng motor, tapi geng yang terdiri dari enam cowok yang berasal dari kalangan high class.

"Huft, akhirnya sampai juga."

Zea celingukan saat kakinya sudah menyentuh lantai kafe. Mencari sosok yang sangat dikenalnya, si kembar. Saat pandangannya mengedar, netranya terbentur sosok yang tidak asing, dia adalah Reza. Cowok itu duduk di dekat Alzent. Tangan Zea spontan mengangkat tas selempang dan menutupkan ke wajahnya.

"Kurang ajar Alzent! Kenapa nggak bilang kalau ada anak SMA Angkasa?" gerutu Zea seraya kakinya menghentak pelan ke lantai.

Sebuah rangkulan di pundaknya membuat netranya menoleh seketika. Sean tersenyum dan menaikkan kedua alisnya. Dengan cepat  Zea menyingkirkan tangan Sean dari pundaknya.

"Wajah cantik, tapi ditutup pake tas. Kenapa, Zepu? Malu sama gue?"

Zea menurunkan tas-nya dan menghempaskan ke dada Sean dengan kesal. Cowok itu berpura-pura kesakitan, tapi reaksi Sean malah memancing kaki Zea menendang tulang keringnya dengan cepat.

"Zepu kurang ajar!" bentak Sean seraya mengangkat kakinya yang sakit.

"Ssttt." Zea meletakkan jari telunjuknya di bibir. Ia tidak ingin Geng Alfa mendengar suara Sean yang meninggi.

Dengan jahilnya, Sean mengikuti gerakan Zea yang meletakkan jari telunjuk di bibir seraya berbisik, "Sstt."

Sekali lagi, Zea menendang tulang kering Sean dan kembali, cowok itu meringis kesakitan. Saat akan melayangkan protes, Zea membekap mulut Sean dengan cepat. Sean menyingkirkan tangan Zea dengan kesal.

Zea tersenyum puas dan melipat kedua tangannya di depan dada. Ia melirik ke arah Geng Alfa, menghela napas lega karena mereka sibuk dengan obrolan seru. Termasuk Reza, cowok itu tak sekalipun melihat ke arah dirinya.

Netranya kembali menatap Sean. "Kurang?"

"Dasar! Sono! Alessia dan Meylisa sudah mulai ghibah. Samperin mereka!"

Zea mengikuti arah telunjuk Sean. Senyumnya terbit saat ia melihat Alessia dan Meylisa duduk manis di sofa yang sedikit jauh dari tempat Alzent.

"Gue mau nanya, kenapa Reza ada di sini? Apa dia anggota Geng Alfa yang baru?"

Sean membulatkan kedua bola matanya. "Wah, Zepu jadi cenayang dadakan. Tebakan lo seratus persen—."

"Jadi?" potong Zea dengan sebuah pertanyaan.

The Journey Of Zea ( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang