Alzent melirik Sean yang sudah satu jam setia memandang keluar jendela pesawat. Sahabatnya itu seperti manekin, tidak bergerak sedikitpun dalam waktu yang lama.
Bukan kali ini saja ia mendapati Sean yang berubah jadi pendiam. Saat bertengkar dengan Zea, sahabatnya itu memilih diam dan merenung. Sepertinya Sean merasakan kesedihan karena harus berpisah dengan gadis itu. Gadis pemberontak yang bernama Zea.
Pandangan Alzent beralih ke kaki Sean yang selonjoran. Tersenyum sendiri melihat coretan alay dan lucu pada balutan gips. Sebuah ide melintas di kepala Alzent.
"Selamat menempuh hidup baru. Ardan."
Ucapan Alzent sukses menyita perhatian Sean. Ia menoleh ke arah Alzent yang sedang menatap balutan di kakinya, berusaha membaca setiap tulisan yang ada di sana.
"Bacakan semua tulisan itu buat gue."
Alzent melirik Sean, ia lalu mengangguk singkat. Sean memperbaiki posisi duduknya dan menggeser kaki kanannya yang selonjoran ke Alzent agar temannya itu bisa membaca setiap kalimat di gips-nya.
"Move on, bro. Tapi, jangan lebih cantik dari Zea, cukup lebih judes dan preman darinya. Verlos," kata Alzent yang disusul tawa kecil. Ia menunjuk sebuah gambar dengan tawa yang masih tersisa. "Dia bahkan gambar wajah cewek di sini. Sayang, gambarannya lebih mirip kuyang."
"Kuyang?" tanya Sean.
"Iya. Gambar cewek rambut panjang tanpa leher. Berasa mirip kuyang, nggak, sih?"
Sean tersenyum, anggukan kepalanya menjawab pertanyaan Alzent. "Lanjut," pinta Sean.
"Kalo lo sukses, jangan lupain gue yang remahan upil ini. Reza."
Sean tertawa dengan gelengan kepala. "Remahan upil."
"See you again, My First love."
Tawa Sean terhenti. Perlahan ia menoleh ke arah Alzent. Sahabatnya itu mengangguk sambil tersenyum.
"Zea." Alzent membaca nama penulisnya.
"Zea," ulang Sean dengan helaan napas pelan. "Akhirnya gadis itu mengakuinya walaupun lewat tulisan."
Alzent membetulkan posisi duduknya. Ia menoleh ke Sean yang terdiam. Ia tahu, jika sahabatnya itu terkejut dengan tulisan Zea.
"Setidaknya lo tahu, jika dia pernah jatuh cinta sama cowok brengsek dan pengecut bernama Sean. Hanya alasan persahabatan, lo rela buat simpen rahasia cinta. Lo goblok! Pake banget!" sarkas Alzent seraya menoyor kepala Sean.
Sean tersenyum kecut, tangannya segera mengusap puncak kepala yang baru saja mendapat serangan dari Alzent.
"Iya. Sean goblok banget. Sekarang malah melarikan diri. Bukannya berjuang dan bersaing dengan Darren, malah nyerah gitu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Zea ( COMPLETED)
Teen Fiction"Zea yang cupu udah siap, petualangan Zea dimulai." - Zea- Zea, gadis cantik yang pemberontak dan pemarah, berpura-pura menjadi cupu. Ingin mencari teman sejati adalah alasan Zea pindah ke sekolah barunya, SMA Angkasa. Teman baru dan musuh baru, mal...