Part 33

231 17 15
                                    

Tiga bulan kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga bulan kemudian

Sudah banyak yang berubah, termasuk SMA Angkasa. Sejak pihak yayasan menemukan aliran dana ke kepala sekolah dan beberapa staf, mereka mulai bekerja untuk melakukan langkah pembersihan. Ayah Sean membentuk tim invertigasi untuk mencari tahu sumber aliran dana yang pada akhirnya mengarah pada satu nama, Pak Pratama, Ayah Vira.

Tim investigasi juga mulai menciduk Geng Stargirl. Berbekal pengaduan beberapa siswi dan bukti rekaman CCTV, ketiganya dikeluarkan dari SMA Angkasa. Komitmen Sean untuk menciptakan sekolah ternyaman dan teraman bagi para muridnya, perlahan mulai terwujud.

Dua gadis cupu yang menjadi sahabat Zea juga mulai bisa diterima oleh teman yang lain. Puspa dan Bulan tak lagi dikucilkan dan dipandang sebelah mata. Kedua murid yang terkenal pandai itu, mulai menampakkan prestasi di berbagai lomba sebagai perwakilan dari SMA Angkasa.

Sejak kepergian Darren, Zea memilih menyibukkan dirinya dengan tugas sekolah. Tidak lagi terlihat murung, walaupun gadis itu masih sering tertangkap sedang menyendiri dan melamun di tempat tertinggi SMA Angkasa, rooftop sekolah.

Seperti siang ini, gadis itu berdiri di dekat pagar pembatas rooftop. Menikmati angin yang berhembus tanpa penghalang dan bermandi sinar yang sedikit tertutup mendung. Sesekali ia akan mendongakkan kepalanya, membiarkan wajahnya tersapu sinar hangat matahari.

"Saat lulus nanti, gue bakal kangen tempat ini," ucap Zea dalam hati.

Zea menghela napasnya pelan. Bel memaksa  gadis itu harus beranjak pergi dari rooftop sekolah. Tempat ternyaman sejak Sean pergi, sekaligus tempat menumpahkan segala kerinduannya pada sosok Sean dan Darren.

"Ternyata, sendiri itu menyenangkan. Tapi, gue tetep kangen kalian berdua," ucap Zea lirih.

Kakinya terus melangkah hingga ia sampai di anak tangga terakhir. Langkah Zea terhenti, Alisha berdiri menghadangnya.

"Di sini lo rupanya," ucap Alisha yang ditutup helaan napas panjang.

"Lo nyari gue?"

"Ho 'oh, gue mau kasih ini dan lo harus dateng." Alisha mengulurkan sebuah kartu berwarna biru yang bertuliskan 'undangan', tapi, tangan Zea menepis kartu itu dengan cepat.

"Males."

Alisha mendelik, tangannya terangkat dan bersiap melayangkan pukulan. Namun, ia urungkan saat tatapan tajam Zea menyerang netranya. Perlahan Alisha menurunkan tangannya yang mengambang di udara.

"Aishh, lo minta ditabok! Pokoknya lo harus dateng! Ajak sepupu lo yang ganteng itu."

"Alzent? Kenapa harus dia?" Zea mengerutkan kedua alisnya, ia mulai menaruh curiga akan sikap Alisha yang bermain hati dengan Alzent di belakangnya. Sebuah ide jahil mulai dirancang Zea.

"Urusan hati ... lo harus tolongin, dong."

Zea tersenyum. Tebakannya ternyata tidak meleset sedikitpun.

The Journey Of Zea ( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang