Duduk sendiri di bangku panjang dan berpayung pohon akasia saat istirahat siang ini. Berbekal sebuah buku novel fiksi remaja, Zea melarikan diri dari keramaian. Dengan semilir angin dan minim suara, membuat Zea merasa tenang dan fokus membaca novelnya.Netra Zea tergelitik untuk melirik seseorang yang baru saja duduk tidak jauh darinya. Sean, cowok itu duduk sejajar tanpa mengacuhkannya. Membuka buku yang dibawanya, lalu berpura-pura membaca.
Merasa dirinya menjadi sumber perhatian Zea, Sean menoleh dan memajukan dagunya samar."Apa?"
Zea menggeleng pelan dan memilih kembali fokus pada buku novelnya. Tak berapa lama, terdengar langkah kaki mendekat ke arah Zea dan berhenti tepat di depannya.
"Hai, Zea."
Suara sapaan yang lembut dengan nada yang sedikit bergetar, membuat Zea penasaran. Siapakah yang menyapanya?
Zea mendongak dan melihat dua cewek yang sedang tersenyum, tak lupa tangannya ikut melambai sebagai salam pembuka.
Zea celingukan, tapi kemudian ia menyadari bahwa tak ada yang bernama Zea selain dirinya."Hai," balas Zea dengan lambaian tangan singkat.
"Gue Puspa, dan ini Bulan," ucap gadis bermata bulat dengan bibir chubby yang menyunggingkan senyum termanisnya.
Tangannya menepuk bahu teman di sampingnya. Gadis bernama Bulan itu melambaikan tangannya pada Zea.
"Gue, Sean."
Netra Zea melirik malas pada Sean yang tersenyum padanya. Menggelengkan kepalanya sambil tersenyum sinis. "Rese lo!"
Sean terkekeh pelan menanggapi cibiran dari Zea. Gadis itu selalu mengundang senyumnya walaupun sedang marah. Ia mengalihkan pandangan ke bukunya lagi dan mengabaikan tatapan Zea yang tajam.
"Hai, Puspa. Hai, Bulan." Zea menyapa dua gadis di depannya.
"Boleh kami duduk sama lo?" tanya Puspa dengan ragu.
"Oh, ayo sini." Zea menepuk bangku panjang tempat ia duduk.
"Lo cantik, Zea." Pujian Puspa membuat alis Zea terangkat satu.
"Cantik?" Dahi Zea berkerut, heran.
Terdengar suara cekikian pelan dari Sean. Zea memutar bola matanya malas pada Sean, tersenyum sinis dan acungan jari tengah yang berhasil membuat tawa Sean meledak.
"Cantik, tapi pemarah," kata Sean dalam hati.
"Menurut gue, lo tidak terlihat seperti anak cupu." Komentar Bulan seraya meneliti penampilan Zea dari atas hingga bawah.
"Kalian juga tidak seperti anak cupu," balas Zea dengan senyum tipis.
Bulan menggeleng pelan. "Gue bukan cupu. Gue hanya terlalu takut dengan semua perlakuan mereka. Gue juga nggak bisa berpenampilan seperti gadis lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Zea ( COMPLETED)
Teen Fiction"Zea yang cupu udah siap, petualangan Zea dimulai." - Zea- Zea, gadis cantik yang pemberontak dan pemarah, berpura-pura menjadi cupu. Ingin mencari teman sejati adalah alasan Zea pindah ke sekolah barunya, SMA Angkasa. Teman baru dan musuh baru, mal...