Part 24

148 29 23
                                    

"Sean!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sean!"

Teriakan Zea membuat sopir mobil yang menabrak Sean seketika panik. Ia segera  melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, melewati Zea yang masih tertegun di tempatnya.

Zea berlari menuju tempat Sean yang terkapar di pinggir jalan. Ia berjongkok dan mengabsen tubuh Sean dengan segera. Ada perasaan lega, karena tidak ada bercak darah sebagai penanda luka.

"Tolong! Tolong!" teriak Zea.

Berharap ada seseorang yang membantunya untuk menyingkirkan motor yang menindih kaki kanan Sean.

"Sean, bangun!" Tangan Zea menepuk Pipi Sean dengan perlahan, berharap sahabatnya itu segera membuka matanya.

Sebuah erangan pelan membuat Zea bernapas lega. Setidaknya, sahabatnya masih bernyawa. Sean memegangi kaki kanannya yang terkungkung di bawah bodi motor sportnya.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Zea panik.

Zea melepaskan kaitan helm dan melepas penutup kepala itu dari kepala Sean dengan segera. Beberapa orang mulai berdatangan, termasuk Mbak Nur. Sepertiya mereka mendengar teriakan Zea yang memanggil nama Sean.

Mbak Nur yang melihat keadaan Sean, kembali berlari pulang untuk meminta bantuan dari Pak Trisno, sopir keluarga Zea.

"Gue nggak apa-apa, tapi, ada sesuatu yang salah dengan kaki gue."

Zea segera menoleh ke kaki kanan Sean, meraba kaki yang tertutup celana jeans biru.

"Auw!" rintih Sean dengan menahan rasa sakit yang luar biasa.

"Kenapa ini?" tanya Bapak Tua, penjaga rumah sebelah.

"Sebuah mobil menabrak Sean yang sedang berhenti di pinggir jalan."

"Wah, ini tabrak lari namanya. Saya bantu untuk membawanya ke rumah sakit," tawar tetangga Zea.

"Makasih, Pak. Tapi, Mbak Nur sudah memanggil Pak Trisno."

"Oh, ya, sudah."

Dua orang tetangga Zea memindahkan motor yang menindih kaki Sean. Cowok itu menghembuskan napas panjang, setidaknya beban berat pada kakinya yang sakit, kini sudah diangkat.

Mobil yang dikendarai oleh Pak Trisno mendekat. Zea dan tetangga yang lain, membantu Sean untuk berdiri dan masuk ke dalam mobil.

"Nanti Zea akan hubungi Mama di Rumah Sakit," ucap Zea sebelum masuk ke dalam mobil.

Setelah mengucapkan terima kasih pada para tetangganya, Zea dan Sean meluncur ke Rumah sakit bersama Pak Trisno.

Rupanya kejadian itu tidak luput dari dua pasang mata yang sedari tadi mengawasi dari tempat yang tersembunyi. Salah satu cowok itu tertawa kecil, menertawakan temannya yang berdiri di sampingnya.

Cowok itu menepuk pundak temannya sambil terus tertawa.

"Diem!" bentak Darren sambil menyingkirkan tangan temannya yang bertengger di pundaknya.

The Journey Of Zea ( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang