Part 9

345 62 73
                                    

Mengedarkan pandangan ke sekeliling rooftop Beach Walk Mall

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengedarkan pandangan ke sekeliling rooftop Beach Walk Mall. Lambaian dan senyum lengkung menyambut Zea dari kejauhan. Gadis itu memilih bergegas untuk berjalan mendekat tanpa berniat untuk membalas lambaian tangan Sean.

Keduanya kini saling berhadapan. Berdiri di samping pagar pembatas rooftop Mall yang berdiri tepat di seberang Pantai Kuta.

"Apa kabar, Zepu."

Sapaan itu hanya dibalas dengan tatapan malas oleh Zea. Ia lebih memilih melarikan pandangannya ke arah pantai yang biru dengan buih tipis berwarna putih.

"Baik. Lo, ngapain ngajak ketemuan di sini? Kangen atau ingin traktir gue makan?"

Tangan Sean terulur dan merapikan poni Zea sekilas. Sikap manis Sean sukses membuat Zea mengerjapkan matanya.

"Àishh, gue paling benci dengan perlakuan manis seperti ini. Gue bukan Alisha, Sean!" gerutu Zea dalam hati.

"Ayolah, sekali-kali di hari minggu ini kita kencan berdua, tentu saja tanpa Geng Alfa."

Zea membelalakan kedua bola matanya. "Kencan berdua? Gue nggak bisa lama-lama karena gue ada janji sama temen baru."

Terdengar hembusan napas kasar yang dibarengi merosotnya bahu tegap Sean. Kecewa. Senyumnya yang sedari tadi menghias wajah tampannya, menghilang seketika entah kemana.

"Siapa? Padahal gue mau ngajak lo nongkrong di cafe atau makan di resto itu."

Zea mengikuti kemana arah telunjuk Sean. Sebuah resto Itali sepertinya menjadi incaran Sean untuk acara makan siang mereka.

"Maaf, Sean. Gue—."

Sebuah notifikasi chat membuat atensi Zea teralihkan. Ia mengambil ponselnya yang ada di tas rajut. Mengusap layar benda pipih itu dengan senyum lengkung.

Bulan
[Zea, lo dimana? Gue baru nyampek.]

Zea
[Di rooftop.]


Memasukkan kembali ponsel ke dalam tas-nya dan kembali menatap Sean.

"Kalo pembicaraan ini sudah selesai, gue mau cabut."

Zea berbalik dan melangkah pergi. Namun, tangan Sean mencekal lengannya.

"Zea!"

Panggilan dan cekalan tangan Sean, sukses membuat langkah kaki Zea terhenti. Perlahan Sean melepaskan cekalannya.

"Gue cuma mau bilang, gue punya dua permintaan. Bisa lo penuhi?"

Dua permintaan Sean membuat Zea tertarik untuk kembali. Membalikkan badannya dan menatap manik coklat Sean yang ternaungi alis tebal.

"Dua permintaan? Apa itu?"

"Yang pertama, berhentilah berpura-pura menjadi cupu."

Sean menarik tangan Zea agar gadis itu lebih mendekat padanya. Tersenyum tipis seraya netra yang terus menjelajah setiap inchi wajah sahabatnya. Tangannya terulur,  memberanikan diri untuk melepas kaca mata yang bertengger di atas hidung Zea. Meraih tangan Zea dan meletakkan kaca mata itu di telapak tangannya.

The Journey Of Zea ( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang