Part 7

337 68 119
                                    

Mematut penampilannya di depan cermin dengan senyum puas. Polesan make up yang natural semakin menambah aura kecantikan Zea. Dalam balutan gaun sederhana bercorak floral warna abu-abu, ia siap untuk pergi ke pesta Vira.

"Anda cantik, Nona," komentar Mbak Nur dengan senyum puas sebagai penutupnya.

"Makasih, Mbak," jawab Zea seraya tersenyum pada Mbak Nur lewat pantulan cermin.

Meraih kacamata dan membersihkan lensanya dengan kain fiber.

"Anda lebih cantik tanpa kacamata itu."

Tangan Zea berhenti mengusap kacamata. Melirik Mbak Nur dan tersenyum tipis. Ia tetap memasukkan kacamata itu ke dalam sling bagnya.

"Mbak Nur lupa? Zea dalam misi penyamaran," bisik Zea dengan wajah serius.

"Kenapa harus menyamar?" tanya Mbak Nur dengan alis yang hampir bertaut.

"Untuk mencari teman sejati dan kekasih hati yang benar-benar menerima Zea apa adanya."

Mbak Nur manggut-manggut sebagai tanda mengerti, walaupun di dalam hatinya sebuah tanda tanya besar masih bersarang.

"Kekasih hati? Bukankah ada Tuan Sean, Tuan Alzent, Tuan Juna, Tuan Ardan, Tuan Ver—."

"Absen semua nama anak Geng Alfa!" sindir Zea dengan bibir yang mulai mengerucut.

Mbak Nur terkekeh-kekeh pelan. Ia hapal betul nama semua anggota Geng Alfa karena putri majikannya sering bercerita tentang mereka. Tentang chat receh mereka hingga kegiatan yang dilakukannya bersama Geng Alfa.

"Alzent, hanyalah sepupu yang menyebalkan. Sisanya, mereka hanya sahabat Zea yang sangat-sangat baik."

Terdengar derap sandal jepit yang beradu dengan lantai marmer, semakin lama semakin mendekat. Tak lama kemudian, Mbak Dewi muncul di depan pintu kamar Zea. Berdiri di tengah pintu sembari tangannya menujuk ke arah ruang tamu.

"Nona, Tuan Sean sudah datang dan sedang berbincang-bincang dengan Nyonya di ruang tamu."

"Aduh." Zea menepuk jidatnya pelan.

Mbak Nur dan Mbak Dewi saling berpandangan. Penasaran dengan tingkah sang majikan yang mendadak panik.

Zea lupa untuk mengatakan pada Sean bahwa ia akan dijemput oleh Darren. Mau tak mau, ia keluar dari kamarnya untuk menemui Sean. Kedua pelayannya dengan setia mengikuti langkah Zea. Mbak Nur membawakan sling bag dan flat shoes milik Zea.

"Hai, Sean."

Sean yang sedang mengobrol dengan Bu Nadia hanya menoleh sekilas, kemudian berbisik pelan pada Mamanya Zea itu.

"Ghibahin gue terus! Gue ikhlas!" sindir Zea.

"Nggak usah ngegas! Nggak ada gunanya gue ghibahin lo," elak Sean dengan santainya.

"Sean hanya bilang bahwa kamu cantik, Zea sayang," ucap Bu Nadia.

"Nah tuh, ghibahin Zea. Jangan dengarkan gombalan Sean, Ma. Dia punya niat terselubung."

Sean berdiri dan meneliti wajah Zea dari dekat. Tatapan tajamnya sama sekali tak mengintimidasi Zea. Gadis itu malah membalas tatapan Sean dengan sinis.

"Kapan otak lo lurus? Terlalu banyak makan micin, nethink mulu sama gue."

Zea mendorong bahu Sean dengan kesal.

"Jangan salahin gue kalau kebanyakan makan micin, tanyakan sama mbak-mbak yang masak di dapur!"

Zea meraih sling bag dari tangan Mbak Nur. Tak lupa flat shoesnya segera ia kenakan.

The Journey Of Zea ( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang