Part 19

160 25 30
                                    

Mbak Nur bergegas menuju kamar putri majikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mbak Nur bergegas menuju kamar putri majikannya. Mengetuk pintu kamar, tapi tidak terdengar jawaban dari sang pemilik kamar. Ia yakin jika sang pemilik kamar masih terlelap dalam buaian mimpi indah. Perlahan tangan Mbak Nur membuka pintu kamar, ia hanya menghela napas panjang saat melihat Zea masih bergelung selimut. Mbak Nur berjalan pelan mendekati ranjang dan duduk di tepinya.

Mbak Nur mengguncang pelan tubuh Zea. Mencoba membangunkan putri majikannya karena seseorang sedang menunggu gadis itu.

"Non Zea, ada seorang cowok namanya Darren. Siapa dia?" tanya Mbak Nur dengan berbisik di dekat telinga Zea.

Zea menggeliat pelan. Ia membuka kelopak matanya dengan susah payah. Rupanya rasa kantuk masih menguasai netra Zea.

"Temenku," sahut Zea dengan mata yang kembali tertutup.

Mbak Nur mengerutkan dahinya. Kembali ia mengguncang tubuh Zea perlahan. Ada sedikit rasa penasaran yang mengganggunya dan itu tentang Sean. "Ooh, tumben bukan Mas Sean yang jemput?"

Zea membelalakkan bola matanya saat rungunya mendengar nama Sean meluncur dari bibir pelayannya.

"Sean? Sean jemput aku, Mbak?" tanya Zea cepat.

"I-iya," dusta Mbak Nur gelagapan.

Panik seketika melanda Zea, ia segera menyibak selimut tebalnya dan berlari kecil menuju kamar mandi. Ia tidak ingin Sean menemukan dirinya yang baru bangun dan masih bau.
Mbak Nur menatap Zea dengan bingung.

"Jaga pintu kamar, Mbak! Jangan biarkan curut bernama Sean, masuk ke kamar! Zea mau mandi!" titahnya sebelum pintu kamar mandi tertutup.

Mbak Nur terkekeh pelan saat melihat Zea yang kalang kabut jika mendengar nama Sean. Kebohongannya berhasil membuat sang putri majikan terbangun dengan cepat.
Sambil menunggu putri sang majikannya siap didandani, Mbak Nur membuka korden dan membiarkan sinar mentari memasuki kamar. Merapikan tempat tidur dan menyiapkan keperluan sang Nona.

"Sudah selesai, Non?" tanya Mbak Nur saat melihat Zea keluar dari kamar mandi.

Zea duduk di kursi yang menghadap ke cermin meja rias. Mbak Nur dengan cekatan menyisir rambut Zea. Diam-diam dia menganggumi gadis itu. Kecantikan wajah dan keindahan rambutnya seakan membius siapa saja yang melihatnya.

"Mbak Nur nggak perlu kepang rambut Zea. Sean minta Zea untuk nggak berpura-pura cupu lagi."

Mbak Nur tersenyum sambil mengangkat jari telunjuk dan jempol, membentuknya menjadi huruf O sebagai jawaban.

"Non Zea nurut apa kata Mas Sean?"

Zea mengangguk pelan. "Iya."

Mbak Nur mengerjapkan kelopak matanya, tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengar rungunya. Sepengetahuan  Mbak Nur, Zea gadis pemberontak yang susah untuk melakukan perintah dan pengakuannya kali ini sangat mengejutkannya. Menuruti dengan mudah kata-kata Sean adalah sesuatu yang di luar dugaan.

The Journey Of Zea ( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang