Part 18

171 30 24
                                    

Darren tersenyum puas, melihat Kafe Zodiac yang telah berhias

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Darren tersenyum puas, melihat Kafe Zodiac yang telah berhias. Ia menyapukan pandangan ke sekeliling ruangan kafe dan meneliti kelengkapan dekorasi yang ia minta. Lilin berdiri kokoh di atas setiap meja, berpedar menerangi Kafe Zodiac dan sukses menjadi tempat teromantis malam ini. Kelopak mawar yang bertaburan di lantai dan sebuah buket bunga daisy juga sudah siap di atas meja.

Malam ini kafe Zodiac hanya milik Darren dan Zea. Semua telah diatur hanya untuk kekasih barunya, Zea. Ia juga mengundang Geng Alfa untuk ikut larut dalam kebahagiaan yang tengah dirasakannya.

Seorang pelayan menyambut Darren dengan senyum ramah.

"Selamat malam, Kakak. Semua sudah sesuai request, Kak."

"Oke, makasih," jawab Darren dengan anggukan kepala singkat.

Seorang Barista dan pelayan yang lain juga turut membungkukkan badannya singkat ke Darren dan ia hanya membalas dengan senyum lengkung.

Darren melirik jam dinding, ia lalu tersenyum. "Sebentar lagi, Juliet pemarah gue pasti dateng," monolog Darren pelan.

Suara lonceng kecil terdengar. Darren menoleh ke arah pintu kafe dan tampak Zea datang dengan lambaian tangan serta senyum merekah. Netra Darren meninjau penampilan Zea; mulai dari rambut yang dikuncir kuda, kaos dengan rok lipit selutut sebagai outfit-nya dan sling bag sebagai pemanis penampilannya. Sepatu kets warna putih yang terlihat bersih juga tidak luput dari perhatian Darren.

"Tumben sepatu lo bersih," sindir Darren seraya menunjuk ke sepatu Zea.

"Apa perlu gue pulang lagi dan ganti dengan sepatu butut? Jangan-jangan, lo rindu sama sepatu butut gue yang dibeli Mbak Nur di Pasar Loak."

Darren tertawa kecil. Tangannya meraih buket bunga daisy yang ada di atas meja dan mengulurkannya ke Zea. Mata gadis itu berbinar, tersenyum dan jemarinya mengelus kumpulan bunga kecil berwarna putih itu.

"Sambil nunggu para undangan datang, maukah tuan Putri Zea dansa sama Pangeran Darren?" tawar Darren seraya mengulurkan tangannya.

"Gue nggak terlalu bisa dansa dan gue takut injak kaki lo," ucap Zea sambil kedua tangan menutup mulutnya untuk menyembunyikan tawa kecilnya.

Zea meraih tangan Darren yang terulur padanya. Bersedia untuk berdansa bersama Darren untuk yang pertama kalinya. Zea meletakkan buket bunga daisy ke meja dan bersiap dansa dengan Darren.

Darren menoleh ke arah seorang pelayan, ia lalu mengangguk pelan. Sang pelayan pun tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu, yaitu memutar lagu Perfect milik Ed Sherran. Kedua tangan Zea berada di pundak Darren dan kedua tangan Darren berada di pinggang Zea.

Berdansa untuk pertama kali sebagai sepasang kekasih. Sesekali mereka juga saling melempar senyum. Kedua mata yang saling menatap lekat.

"Siapa tamu undangannya?" tanya Zea penasaran.

The Journey Of Zea ( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang